Jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai sebagian besar total populasi di Indonesia, yaitu sebanyak 204,5 juta pengguna internet dari 277,7 juta total populasi di Indonesia hingga Januari 2022 (Kemp, 2022).
Banyaknya masyarakat yang menggunakan internet, menjadikan alasan utama bagi dunia jurnalistik untuk mengikuti perkembangan zaman dan beralih menggunakan media online berbasis internet.
Jurnalisme Online
Jurnalisme online (online journalism) dapat dikatakan sebagai cyber journalism, jurnalistik internet, atau jurnalistik web.
Jurnalisme online sendiri merupakan suatu aktivitas jurnalistik dalam menyampaikan informasi melalui web berbasis internet (Romli, 2018, h. 16).
Menurut (Anshori, 2011, h. 136), praktik jurnalistik online memiliki ciri menggunakan format media yang beragam dalam menyusun isi berita, menghubungkan sejumlah elemen dalam berita dengan sumber lain, serta membuka peluang adanya interaksi jurnalis dengan pembaca.Â
Selain itu, jurnalistik online berfokus pada kecepatan (timeless), bukan kepada relevansi (h. 140).
Anshori (2011) juga menjelaskan jurnalisme online menggunakan studi kasus tiga portal berita online, yaitu kompas.com, liputan6.com, dan detik.com. Isi selengkapnya dapat dibaca di sini.
Prinsip Jurnalisme Online
Menurut Paul Bradshaw (dalam Romli, 2018, h. 17-18), menjelaskan terdapat lima prinsip dasar jurnalistik online, antara lain:
1. Brevity (Keringkasan): Berita online harus menyesuaikan dengan tingkat kesibukan para pembacanya, sebagian pembaca tidak memiliki banyak waktu sehingga mengharuskan berita online untuk membuat naskah yang ringkas dan sederhana.
2. Adaptability (Kemampuan Beradaptasi): Wartawan online dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan para pembacanya sehingga mengharuskan mereka untuk menyediakan berita online sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pembaca.
Kemajuan teknologi juga sangat mendukung penyajian isi berita online tidak hanya berupa teks, tetapi dapat menggunakan audio, video, gambar, dan lain sebagainya.
3. Scannability (Dapat Dipindai): Prinsip ini dapat membantu mempermudah para pembacanya untuk membaca berita secara sukarela tanpa merasa terpaksa.
4. Interactivity (Interaktivitas): Komunikasi dalam berita online harus bersifat dua arah. Hal ini sangat penting, di mana para pembaca akan merasa dihargai karena dapat terlibat secara aktif dalam suatu berita, salah satunya memberi komentar.
5. Community and Conversation (Komunitas dan Percakapan: Media online berperan penting sebagai penjaring komunitas sehingga perlu berinteraksi dengan memberikan timbal balik kepada pembaca.
Karakteristik Jurnalisme Online
Perbedaan yang terlihat jelas antara jurnalistik di media online dengan jurnalistik di media cetak yaitu kecepatan, kemudahan akses, dapat diubah atau dihapus kapanpun, dan yang terutama adalah interaksi dua arah (penulis berita dengan pembaca).
Menurut Richard Craig dalam (dalam Romli, 2018, h. 21-22) jurnalistik di media online juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki jurnalistik di media cetak, seperti dapat menyisipkan hyperlink untuk mengarahkan pembaca lebih lanjut kepada berita utama;Â
Pembaca dapat memperbarui berita secara langsung; Informasi yang disediakan di media online sangat beragam dan luas; Isi berita tidak membosankan dengan menambahkan audio, video, teks, dan foto; serta Pembaca dapat menyimpan arsip online.
Jurnalistik online memiliki karakteristik yang sudah dikelompokkan oleh para ahli. Beberapa karakteristik jurnalistik online menurut para ahli (Romli, 2018, h. 19-20), antara lain:
1. Menurut Mike Ward: Immediacy, Multiple Pagination, Multimedia, Flexibility Delivery Platform, Archiving, dan Relationship with Reader.
2. Menurut James C. Foust: Audience Control, Nonlinearity, Storage and Retrieval, Unlimited Space, Immediacy, Multimedia Capability, dan Interactivity.
Sejarah Jurnalisme Online di Indonesia
Republika Online (www.republika.co.id) merupakan berita edisi cetak yang diadaptasi menjadi berita online di internet pertama yang tayang pada 17 Agustus 1994. Terbitnya republika online dengan konten multimedia dalam rangka menyambut era konvergensi media pada saat itu.
Setelah itu, hadirnya Kompas Online (kompas.co.id) di internet sebagai edisi online dari Harian Kompas pada 14 September 1995. Pada tahun 1998, Kompas Online berubah menjadi kompas.com.
Diikuti oleh majalah Tempo yang mendirikan Tempo Interaktif (tempointeraktif.com) pada 6 maret 1996, tetapi berbeda dengan dua berita sebelumnya karena berita yang ditayangkan tidak sama dengan versi online dari Majalah Tempo.
Kehadiran detik.com pada 9 Juli 1998 membuat perubahan pada media online yang statis, hingga pada tahun-tahun berikutnya banyak bermunculan situs online lokal di Indonesia.
Memasuki tahun 2002, banyak media online yang berjatuhan karena kesulitan ekonomi sehingga tidak mampu membayar biaya operasional, hanya beberapa media online yang mampu mempertahankan situsnya.
Secara singkat, perkembangan situs online di Indonesia menjadi semakin berkembang dan terarah sehingga persaingan antar perusahaan media semakin ketat.
Pada tahun 2008, kompas.com melakukan perubahan besar pada situsnya. Tempointeraktif juga mulai serius dengan menambah pekerja (staf) dan mencari format baru. Hingga akhirnya, tempointeraktif.com berubah nama menjadi Tempo.co pada tahun 2011.
Demikian rangkuman mengenai sejarah perkembangan jurnalisme online di Indonesia dapat dilihat pada infografis di bawa ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H