Mohon tunggu...
Catharina Nicole
Catharina Nicole Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

overshared thoughts.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebenarnya Siapa yang Berupaya dalam Memerangi Korupsi? Masyarakat Sipil atau Pemerintah Kerdil?

25 Oktober 2024   20:19 Diperbarui: 25 Oktober 2024   20:19 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama kita hidup, pasti sudah tidak asing dengan kata-kata korupsi. Korupsi bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun. Dari tua maupun muda, terpelajar maupun tidak terpelajar, terdepan maupun tertinggal, pasti ada saja kasus korupsi yang ditemukan. Kasus korupsi tidak selalu berkaitan dengan uang atau materi. Korupsi juga dapat mencakup korupsi kekuasaan yang di mana dapat melahirkan korupsi kebijakan, di mana sebuah kebijakan dibuat hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, bukan untuk kepentingan masyarakat. Apakah hanya mereka yang bisa menikmati kebijakan yang mereka buat? Lalu sebenarnya apa yang bisa kami nikmati? 

Yang bisa kami nikmati hanyalah kesengsaraan. Dengan diiming-imingi sesuap makan siang gratis yang prosedurnya jelas tidaklah praktis. Anggaran negara melonjak, utang negara membludak, Indonesia bukan hanya sepetak. Yang harus diberi makan siang gratis seluruh masyarakat Indonesia dan Indonesia bukan hanya seluas dari ruang tamu hingga ke dapur rumah yang katanya wakil rakyat saja. 

Rakyat hanya dapat sengsara sementara anaknya dapat semuanya. Semua mempertanyakan dari mana harta yang begitu banyaknya? Rahasia dapur keluarga, katanya. Padahal mereka semua hidup dari rakyat, tapi tidak pernah mendengarkan rakyat, hanya pura-pura mengatasnamakan rakyat demi martabat yang ingin terlihat. 

Mereka berbohong atas nama rakyat, suara rakyat mana yang mereka dengarkan? Apakah hanya suara keluarga dan kerabat kerja yang didengarkan? Saat kampanye sibuk membangun citra yang baik sana-sini, berjanji untuk selalu mengabdi kepada kami, tapi yang kami terima hanya padi kami yang dicuri. 

Kami, rakyat, terlalu sering disuap oleh para koruptor. Terlalu sering disuap oleh pemerintah kerdil, sebagian dari kami terlalu kenyang hingga matanya tertutup dan tidak lagi menyuarakan hak kami. Hak yang seharusnya kami dapatkan ditukar untuk  keluarga mereka. Menggunakan segala cara untuk memberikan semua anggota keluarganya pekerjaan bahkan dengan cara yang tidak mulia. 

Sebagian rakyat diam saja saat dicurangi para tikus berdasi. Tapi kami berdiri, kami memerangi, kami tidak akan jadi keset yang akan diinjak-injak lagi. Peradaban berputar abadi dan tidak mungkin kami akan terus hidup begini. Kami mencoba memerangi, tidak akan memaafkan lagi, kami korban tikus-tikus berdasi yang menindas kami berkali-kali. 

Kami tidak akan memaafkan gratifikasi. Melihat anak pejabat pergi menggunakan jet pribadi tapi kami disuruh memaklumi, KPK berkata kalau ada yang menumpangi, lantas apakah kami juga boleh ikut pergi, Pak Jokowi? 

KPK di mana saat masyarakat membutuhkan bantuan? Komisi Pemberantasan Korupsi sekarang berubah menjadi Kediaman Para Koruptor? 

Kami terlalu sering dicurangi hingga lupa bagaimana seharusnya kami diperlakukan oleh orang-orang yang duduk di bangku bangku pemerintahan. Berteriak atas nama rakyat tetapi selalu mengambil apa yang seharusnya jadi milik rakyat. 

Kami harap kami bisa memerangi mereka yang selalu mengakali kami. Kami bersuara kepada mereka untuk berhenti korupsi, berhenti mengambil apa yang seharusnya jadi milik kami, tapi mereka malah mau mengambil nyawa kami. Kami mau mengadili. 

Kami harap pemerintah mengerti apa yang menjadi keresahan kami, berhenti hanya memberi makan dan menghidupi anak cucu sendiri lalu menelantarkan kami mati dalam keji. Kami harap pemerintah mau membantu kami memerangi korupsi yang selama ini dilakukan, bukan malah menjadi tikus yang ternyata hanya bisa memakan. 

Kami berharap kami mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik kami, dan pemerintah membantu kami untuk mencegah korupsi karena kami sadar, korupsi tidak bisa dihilangkan, korupsi hanya bisa dicegah. Kami lelah melihat orang-orang yang mereka suap hingga begah. Sekarang, saatnya kami memulai langkah dengan memerangi semua masalah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun