Mohon tunggu...
Catherin YMT
Catherin YMT Mohon Tunggu... Bankir - Female

An INFP Woman*Chocoholic*Pink Lover*Potterhead*Book Worm* Central Banker - Economic Analyst Email: catherinymt@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Cari Muka Jangan Overdosis, Nanti Keracunan

25 Juli 2019   08:17 Diperbarui: 16 April 2021   20:07 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang dokter akan memberikan resep obat kepada pasien sesuai dengan takaran yang diperlukan. Akan sangat berbahaya jika dosis yang diberikan berlebihan. Bukannya mengobati penyakit, si pasien bisa mengalami keracunan.

Saya adalah orang yang percaya bahwa apapun yang ada di dunia ini adalah baik. Yang menjadi pembeda adalah maksud dan takaran seseorang dalam memanfaatkannya. 

Saya ambil contoh alkohol. Apakah alkohol baik? Untuk menjawab ini tentu kita perlu menelusuri lebih jauh. Dipergunakan untuk apa dulu? Takarannya berapa? Kalau dipakai untuk membersihkan luka, dengan persentase yang pas, tentu alkohol adalah benda yang sangat bermanfaat. 

Tetapi apabila seseorang mengonsumsi alkohol dalam minuman keras dengan berlebihan (takaran tak terkontrol), yang ada dia bisa mabuk dan sakit. Demikian pula dengan obat bius. Di tangan orang yang tepat dan tau betul pemanfaatannya, obat bius adalah benda yang sangat baik. 

Bayangkan kalau seseorang harus menjalani operasi tanpa obat bius. Rasanya seperti apa itu. Karena itulah dalam kampanye-kampanyenya, BNN akan memerangi "penyalahgunaan narkoba". Yang perlu digarisbawahi adalah penyalahgunaannya.

Lalu apa hubungannya dengan perkara cari muka? Sama seperti hal lain di dunia ini, cari muka adalah hal yang baik bila maksud dan takarannya tepat. 

Cari muka adalah istilah yang sangat dikenal di dunia kerja. Image tukang cari muka biasanya melekat pada orang yang sering bersikap manis kepada atasan, demi mendapatkan keuntungan dari hal itu. Bisa dalam bentuk promosi jabatan, kenaikan gaji, atau menonjol dibanding dengan rekan kerja lain.

Sesungguhnya, cari muka bukanlah hal yang buruk jika dilakukan dengan maksud baik dan takaran yang tepat. Kenapa saya katakan begitu? Saya ambil contoh lagi. 

Ada seorang karyawan yang mempunyai keterampilan yang mumpuni dalam satu bidang. Tapi karena dia anak baru, atasan dan rekan kerja tentu belum mengetahui kemampuannya itu. Pada suatu kesempatan, ada sebuah tugas yang memerlukan keterampilan tersebut. 

Dan si karyawan baru ini menyampaikan kepada atasan bahwa dia mempunyai kapasitas untuk menyelesaikan tugas tersebut. Saat diberi kesempatan, si karyawan menyelesaikannya dengan sangat baik bahkan melebihi ekspektasi atasannya. Sehingga atasan mengakui dan bangga akan kemampuannya itu, dan memberikannya reward berupa kenaikan gaji.

Nah, dari contoh di atas, apakah kita bisa mengatakan bahwa cari muka yang dilakukan adalah hal yang buruk? Tentu tidak begitu. Akan menjadi sangat disayangkan apabila si karyawan hanya diam saja dan menahan diri untuk mengungkapkan keterampilannya hanya karena takut dicap cari muka. Yang berarti tugas tadi tidak akan dapat terselesaikan dengan baik.

Tapi memang, seringkali cari muka yang dipraktekkan oleh mayoritas orang sekarang adalah yang overdosis. Sehingga malah menjadi racun, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi setiap orang di lingkungan kerjanya, juga bagi perusahaan tempat dia bekerja.

Cari muka yang overdosis dan disalahgunakan memiliki beberapa dampak yang buruk seperti halnya penyalahgunaan narkoba. Orang yang cari muka secara berlebihan akan menjadi kecanduan dan kehilangan jati dirinya. 

Terbiasa menjadi "yes man" di hadapan atasan membuatnya tidak mampu lagi mengungkapkan pemikirannya secara jujur. Dia akan berakhir sebagai orang yang selalu setuju dengan atasan walaupun hal itu bertentangan dengan hatinya. 

Masih untung jika atasannya adalah orang yang baik dan jujur. Bagaimana bila sebaliknya? Maka si pencari muka ini akan ikut andil dalam kekacauan yang terjadi akibat ulah atasannya.

Selain berperan sebagai yes man, cari muka juga salah apabila dilakukan untuk menutupi ketidakmampuan diri. Alih-alih mendapat kredit karena prestasi, si pencari muka berharap dengan bersikap manis (yang berlebihan), dirinya dapat menjadi anak emas atasan. 

Orang seperti ini sadar betul bahwa kemampuan cari muka adalah satu-satunya cara agar dia mampu tetap bertahan bahkan mengalahkan orang lain yang sesungguhnya punya kemampuan lebih dibanding dirinya. Orang seperti ini akan menjadi racun bagi perusahaan dan rekan kerja jika atasan tidak peka. 

Memelihara orang cari muka model ini sama seperti meletakkan bunga yang cantik di dalam kamar, tetapi ternyata beracun. Enak dilihat, menyenangkan hati, tapi sama sekali tidak berguna dan malah meracuni.

Kesimpulannya, cari muka sah-sah saja. Tidak ada yang salah dengan itu. Karena sikap minder dan tidak enakan juga adalah hal yang buruk bagi perkembangan diri. 

Namun yang harus dipastikan, tujuan dan takaranmu haruslah benar. Jangan sampai keinginanmu untuk bercahaya menjadi bumerang bagi dirimu sendiri. 

Bagi para pemimpin, asahlah kepekaanmu dalam mendeteksi maksud dari setiap tindakan. Dan selanjutnya, kebijaksanaanmulah yang dituntut dalam menyikapinya. Selamat bekerja..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun