Entah bagaimana mulanya, tanaman yang bernama latin Sanseviaria ini bisa dinamai "lidah mertua". Apakah bentuknya mirip lidah mertua?Â
Memangnya apa bedanya bentuk lidah para mertua dengan bentuk lidah para menantu? Hehe..Kalau dari yang saya baca sih katanya karena bentuk daunnya yang runcing dan tajam, mirip dengan kata-kata para mertua yang bisa menusuk sampai ke sanubari.
Terlepas dari kreativitas si pemberi nama yang luar biasa ini, tanaman lidah mertua ternyata memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh tanaman lainnya.Â
Biasa dibudidayakan sebagai tanaman hias, lidah mertua juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Lidah mertua dipercaya mampu mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Untuk estetika, lidah mertua juga dapat digunakan sebagai penyubur rambut. Luar biasa ya..
Tidak sampai disitu, langkah pemerintah DKI Jakarta yang berencana untuk membudidayakan lidah mertua ternyata memperkenalkan satu lagi kemampuan yang luar biasa dari tanaman ini.Â
Berdasarkan penelitian dari NASA, lidah mertua ternyata mampu menyerap berbagai macam zat beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene. Dari situlah ide untuk memanfaatkannya untuk mengurangi polusi udara muncul.
Terlepas dari kontroversi yang menyertai inisiatif dari Pemda DKI tersebut, saya tergelitik untuk mengambil teladan dari tanaman lidah mertua ini, untuk diaplikasikan oleh para pemilik "lidah mertua" yang sebenarnya.
Tadi di atas kita sudah mencoba menerka-nerka alasan pemberian nama lidah mertua ke tanaman ini. Yang mengerucut pada kesimpulan bahwa tanaman tersebut bentuknya tajam seperti lidah para mertua. Nah, ada apa dengan para mertua? Mengapa lidahnya (perkataannya) bisa diasosiasikan dengan tanaman yang tajam? Kenapa mertua? Bukan orangtua?
Sudah menjadi rahasia umum (walaupun tetap tidak dapat digeneralisasi), bahwa para mertua terkadang bisa menjadi kelewat judes kepada anaknya secara hukum (menantunya).Â
Berbeda sekali dengan perlakuan kepada anaknya sendiri yang tidak lain adalah suami/istri dari menantunya itu. Perlakuan yang sangat subjektif ini seringkali menimbulkan banyak masalah dalam pernikahan.Â
Lidah mertua yang satu ini agaknya justru mengeluarkan racun mematikan alih-alih menyerap racun seperti tanaman asosiasinya.
Andaikan saja para mertua memiliki "lidah" yang istimewa seperti tanaman lidah mertua, betapa bermanfaatnya hidup mereka. Â Rambut menantu yang hampir rontok karena digempur berbagai masalah hidup, bisa disembuhkan oleh kata-kata yang menguatkan dari mertuanya.Â
Racun-racun dalam rumah tangga yang menyebabkan pertengkaran hebat bisa "diserap" dengan nasihat bijaksana yang tidak memihak.Â
Masalah ekonomi, perselingkuhan, dan perbedaan karakter yang menjadi kanker ganas dalam pernikahan bisa ditemukan obatnya dari pengalaman para mertua yang telah terlebih dahulu mengalaminya.
Saya sangat berharap andai-andai saya di siang bolong ini bisa menjadi kenyataan. Alangkah bahagianya hidup para menantu memiliki perhiasan seindah lidah mertua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H