Karena mungkin ceritanya adalah kisah cinta anak kuliahan yang relate dengan pengalaman banyak orang. Novel ini terbit pada 2009 dan kemudian diangkat ke layar lebar pada 2012. Filmnya sendiri disutradarai oleh sutradara terkenal Hanung Bramantyo dan memasang Maudy Ayunda sebagai pemeran utama.
Untuk yang satu ini, saya menyukai keduanya. Baik versi bukunya maupun filmnya. Saya sangat menikmati gaya bercerita Dee di buku ini. Demikian pula saat menonton filmnya. Visual lokasi yang ditampilkan, serta soundtrack yang sangat easy listening (lagunya karya Dee juga), memberikan pengalaman yang berbeda dengan saat membaca bukunya. Tapi dua-duanya saya suka, sehingga saya membaca dan menontonnya berulang-ulang.
3. The Naked Traveler
Pengalaman-pengalaman lucunya saat traveling ke berbagai tempat diceritakan dengan apik. Membuat kita seolah-olah ikut bepergian juga. Tapi memang yang membuat ceritanya asik buat dibaca adalah karena merupakan potongan-potongan cerita pendek mirip diary yang dibukukan. Karena memang awalnya semua tulisan itu berasal dari blog si penulis.
Versi film adaptasinya akhirnya juga dirilis pada 2017 lalu dengan sutradara Rizal Mantovani, dan lagi-lagi pemeran utamanya adalah Maudy Ayunda. Jujur untuk yang satu ini saya jauh lebih menyukai versi bukunya. Dari awal memang saya sudah meragukan versi filmnya akan bisa semenarik aslinya.Â
Karena akan sangat sulit untuk merangkum dan mengambil secuplik saja dari sekian banyak kisah pendek yang ada di dalam bukunya untuk diangkat ke dalam film yang berdurasi sekitar 1,5 jam saja. Versi buku yang bergaya komedi juga lebih menarik ketimbang versi filmya yang lebih sentimentil.
4. Cintapuccino
Walaupun saya senang sekali dengan lagunya, namun untuk perbandingan novel vs filmnya, saya lebih menyukai versi novelnya. Bukan berarti filmnya jelek, tapi menurut saya pemilihan pemeran untuk tokoh-tokoh di filmnya terasa kurang pas alias tidak seperti bayangan saya saat membaca bukunya.