Mohon tunggu...
Catherin YMT
Catherin YMT Mohon Tunggu... Bankir - Female

An INFP Woman*Chocoholic*Pink Lover*Potterhead*Book Worm* Central Banker - Economic Analyst Email: catherinymt@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potensi adalah Benih, Tumbuh Saat Terkubur

16 Juni 2019   19:22 Diperbarui: 16 Juni 2019   19:31 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thegardeningchick.info

Saya adalah orang yang sangat percaya bahwa tidak ada orang yang bodoh di dunia ini. Saya kerap berpikir, saat seseorang dinilai bodoh atau tidak kompeten, yang salah hanyalah sudut pandang si penilai. Kalau kita mengamati perkembangan seorang anak, maka kita akan mendapati bahwa setiap anak memiliki keunikan sendiri. 

Mereka memiliki potensi yang telah dibawa saat mereka lahir (nature), yang akan berkembang apabila didukung oleh lingkungan dan pola asuh yang baik (nurture).

Kemarin saya berkesempatan untuk berbincang dengan guru anak saya saat mengambil rapor. Anak saya yang baru berumur 3,5 tahun itu memang telah menyelesaikan tahun pertamanya di sekolah. Sebentar lagi dia akan naik tingkat menjadi anak playgroup (kelompok anak kecil yang kerjaannya bermain). 

Dari perbincangan saya dengan gurunya, kami sepakat bahwa anak saya bakatnya adalah menyanyi. Dia lebih mudah belajar lewat nyanyian. Sedangkan kalau soal menggambar atau mewarnai, sepertinya dia kurang berminat. Dari rangkuman hasta karya nya selama setahun yang diperlihatkan pada saya, kelihatan sekali dia malas-malasan bila disuruh untuk mewarnai gambar. Hasilnya ala kadarnya sekali, bila tidak mau dibilang jelek.

Apakah kemudian saya berpikir bahwa anak saya bodoh, hanya karena dia kurang dalam hal menggambar? Konyol sekali saya apabila berpikir demikian. Tugas saya adalah menemukan potensi yang ada dalam dirinya, dan membantunya untuk mengembangkan potensi itu. Karena itulah saya sering mengajarkan sesuatu kepadanya sambil bernyanyi. 

Bila perlu saat mendongeng sebelum tidur pun, akan saya selipkan berbagai nyanyian di dalamnya. Terbukti, dia saat ini sudah menguasai banyak nyanyian yang menurut saya nadanya cukup rumit untuk dinyanyikan. Dan hebatnya belum pernah sekalipun saya mendengar suaranya fals.

Beberapa kali dalam pekerjaan, saya menemui orang-orang yang dengan mudahnya menilai kapasitas orang lain. Sebutan tidak kompeten atau kurang berkembang kerap disematkan kepada orang-orang yang kurang piawai dalam satu bidang. Menurut saya, hal itu justru menunjukkan sempitnya cara berpikir orang tersebut. 

Bila kita mau sedikit mengeluarkan 'effort' untuk mengulik lebih dalam tentang seseorang, kita pasti dapat menemui hal-hal 'extraordinary' yang ada dalam dirinya. Yang mungkin sulit untuk kita duplikasi.

Saya mengibaratkan potensi adalah benih. Saat terkubur (atau dipaksa terkubur), justru itulah kesempatan bagi potensi tersebut untuk bertumbuh lebih besar. Jangan pernah matikan potensimu hanya karena 'diinjak' dan 'dikuburkan' oleh penilaian seseorang. Yang diperlukan hanyalah daya juang kita untuk tetap tumbuh walaupun terjebak dalam tanah yang kurang subur atah dipenuhi semak duri. Percayalah bahwa benih yang baik akan bermekaran pada waktunya, bila kita mampu bertahan dan berjuang mencari zat hara yang menyuburkan potensi itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun