Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) direkomendasikan oleh WHO saat bayi telah mencapai usia 6 bulan. Secara tradisonal, pemberian MP ASI yang sudah lama kita kenal diberikan dengan menggunakan sendok dan disuapkan kepada bayi. Jenis makanan yang diberikan juga disesuaikan dengan kearifan lokal, diolah dengan bahan-bahan yang mudah didapat dan mudah disajikan.Â
Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pesatnya kemajuan teknologi informasi dalam 10 s.d.15 tahun terakhir, semakin banyak inovasi-inovasi baru yang ditawarkan, tidak terkecuali dalam dunia kesehatan anak dan pola asuh.
Baby Led Weaning (BLW) adalah salah satu inovasi dalam metode pemberian MP ASI yang menjadi tren di kalangan orangtua. Metode BLW pertama diperkenalkan oleh Rapley dan Markett pada tahun 2005, yang saat ini banyak diadopsi oleh para figur publik.Â
BLW sederhananya adalah metode pemberian MP ASI yang membiarkan bayi mengambil, memegang, serta mengunyah sendiri makanannya. Dengan metode seperti ini, bayi diberi keleluasaan untuk menentukan sendiri jenis makanan yang dia suka, dan kapan untuk berhenti makan (jika merasa kenyang).Â
Menurut para pendukungnya, metode ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pemberian MP ASI secara tradisional. Kemampuan motorik dan oral motor bayi berkembang lebih baik, bayi dapat belajar untuk mengontrol rasa lapar dan kenyang, pengenalan banyak variasi makanan, dan hubungan keluarga dengan bayi dapat terjalin baik.
Dengan adanya berbagai promosi atas keunggulan metode BLW tersebut, maka mengemuka pula berbagai pertanyaan yang mempertanyakan keefektifannya. Di antaranya adalah mengenai bagaimana keamanan metode BLW tersebut bagi bayi?Â
Apakah jika dibiarkan makan sendiri, bayi tidak berisiko tersedak? Apakah kebutuhan nutrisi yang didapat bayi sudah mencukupi? Apakah makanan yang dimakan bayi dapat memenuhi kebutuhan zat besi? Apakah kenaikan berat badan bayi dengan metode BLW sesuai dengan kurva pertumbuhan?
Pada dasarnya bayi berusia 6 bulan belum mampu mengunyah makanan dengan baik, terutama untuk jenis makanan yang berukuran besar. Beberapa penelitian mengenai BLW mengatakan terdapat risiko tersedak, namun penelitian lain mengatakan tidak. Namun dengan alasan risiko itu pula maka Studi BLISS (Baby-Led Introduction to SolidS, 2017), melakukan beberapa modifikasi untuk metode BLW.Â
Adapun aturan umum untuk studi tersebut adalah untuk memastikan faktor kesiapan dan keamanan bagi bayi. Posisi bayi harus sudah bisa duduk, bayi harus selalu didampingi saat pemberian makan, memperkenalkan makanan yang dapat digenggam oleh bayi, makanan harus cukup lembut sehingga mudah hancur di mulut, dan menghindari makanan yang berisiko menyebabkan tersedak, yaitu makanan berbentuk koin, seperti kacang, popcorn, buah anggur, dan makanan lainnya.
Jenis makanan paling umum yang diperkenalkan dalam metode BLW adalah sayur dan buah. Sementara bila dilihat dari segi nutrisinya, buah dan sayur saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi lengkap bagi bayi. Karena itulah maka BLISS melakukan revisi pada metode BLW dengan anjuran untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan (selain sayur dan buah) untuk memastikan kecukupan nutrisinya.Â
Zat besi juga merupakan kebutuhan yang vital bagi bayi, terutama besi hem, yang berasal dari makanan hewani, sehingga perlu dipertanyakan kemudian apakah dengan metode BLW, bayi dimungkinkan memperoleh zat besi ini dengan cara mengonsumsi daging.