Mohon tunggu...
Citrina Rakhmaningrum
Citrina Rakhmaningrum Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang lagi belajar nulis,apoteker untuk keluarga kecilku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PKH, Investasi Gizi Negeri untuk Membangun Generasi

1 Maret 2019   13:22 Diperbarui: 1 Maret 2019   13:37 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan Stunting dengan Kemajuan Negara. Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


PERANAN PENDAMPING PKH DALAM KEBERHASILAN "INVESTASI GIZI" PKH


Peranan pendamping PKH tentu saja tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan merekalah yang bersentuhan langsung dengan penerima PKH. Secara garis besar ada 3 (tiga) hal cara yang menjadi komitmen dan pedoman bersama bagi seluruh Pendamping Sosial PKH dalam mendukung perubahan sosial.

Pertama mengenai pemenuhan kondisionalitas KPM PKH dalam mengakses fasilitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dengan tujuan agar terbentuknya kemandirian KPM dalam mengakses pelayanan tersebut.

Kedua,melakukan pertemuan kelompok dalam format Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau Family Development Session (FDS), dimana kegiatan ini merupakan proses pembelajaran secara terstruktur untuk menciptakan perubahan perilaku KPM PKH.

Ketiga, selain itu kegiatan P2K2 ini memiliki tujuan dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnnya pendidikan, kesehatan, pengelolaan keuangan bagi keluarga, serta pentingnya kesejahteraan bagi lansia dan penyandang disabilitas berat.

Selain 3 kegiatan di atas, ada beberapa kegiatan tambahan yang tidak kalah penting untuk dilaksanakan oleh Pendamping Sosial PKH, yaitu seperti memastikan bantuan tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu dan melayani fasilitas penangan Sistem Pengaduan Masyarakat (SPM). Dengan melihat peran besar pendamping PKH dalam keberhasilan program PKH ini khususnya dalam pencegahan stunting sebagai investasi gizi bangsa, pendamping PKH juga harus mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai stunting dan gizi kepada KPM PKH yang terdapat ibu hamil dan balita.

Misalnya ciri anak stunting, makanan pendamping ASI apa yang baik, gizinya memenuhi kriteria dan terjangkau masyarakat penerima PKH tentunya. Meskipun akan ada tenaga kesehatan yang bisa dijadikan rujukan, karena pendampinglah yang mengawasi dan mengontrol penerima PKH dan secara keterikatan emosional lebih dekat dengan KPM PKH karena seringnya interaksi, maka diharapkan masukan-masukan dari pendamping ini lebih diperhatikan. Karena konsekuensi dan dampak gizi  buruk khususnya stunting ini bersifat irreversible (tidak bisa kembali) namun tentu saja dapat dicegah.

Dengan penyuluhan dan pendampingan yang baik, diharapkan kesadaran akan muncul pada keluarga penerima PKH. Sehingga bantuan akan menjadi tepat sasaran. Tentunya setiap orang tua berharap generasi penerusnya akan lebih baik kehidupannya kelak. Dan sejak dalam kandunganlah investasi tersebut dimulai. Kedepannya seperti telah dijelaskan di atas, manfaatnya bukan hanya untuk keluarga itu sendiri, melainkan juga bermanfaat terhadap generasi muda bangsa.

KESIMPULAN

Program Keluarga Harapan dari Kementerian Sosial ini menjadi salah satu upaya pemerintah  yang membuahkan hasil dalam menanggulangi kemiskinan yang masih menjadi tantangan besar bangsa ini . Harapan besarnya kemiskinan akan semakin berkurang bukan hanya periode saat ini saja namun juga ke kedepannya. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif yang akan memberikan sumbangan kemajuan pada negara.

PKH pun telah mengambil perannya dalam investasi gizi bangsa ini untuk membangun generasi yang lebih baik. Tentu saja PKH tidak bekerja sendiri, diperlukan kerjasama lintas sektoral dan kementerian serta kepedulian masyarakat untuk menangani masalah gizi bangsa ini, khususnya masalah stunting.  Dalam program PKH, yang harus diperhatikan yaitu pemanfaatan dana PKH secara tepat waktu, tepat sasaran dan tepat guna pada KPM PKH. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun