Mohon tunggu...
MS. Fitriansyah
MS. Fitriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa yang gagal cumlaude

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persija Jakarta, Macan yang Kehilangan Taji

20 Februari 2017   17:19 Diperbarui: 20 Februari 2017   17:55 2187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disejumlah negara adidaya sepak bola seperti Inggris, Spanyol, Italia, dan Perancis tentu memiliki klub ibu kota dengan nama besar dan prestasi mengkilap. Misal Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspur merupakan klub liga Inggris yang bermarkas di ibu kota London. Di liga Spanyol ada Real Madrid dengan segudang pialanya. AS Roma dengan nama besar dan prestasinya juga tim kebanggaan warga ibu kota Roma. Paris Saint Germain, tim yang sedang naik daun seiring dengan nama mereka yang semakin diperhitungkan dipercaturan sepak bola eropa.

Namun, sejatinya tidak semua klub ibu kota memiliki nama besar—juga lumbung piala. Di Jerman nama Herta Berlin justru kalah tenar dengan Bayern Muenchen yang notabene bukan klub ibu kota. Sama halnya dengan Sporting Lisbon di liga Portugal yang namanya tenggelam diantara FC Porto dan Benfica.

Di Indonesia, hal serupa juga terjadi dengan klub ibu kota. Persija Jakarta salah satu klub tertua di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Berdiri semenjak tahun 1928 silam, Persija merupakan langganan juara era perserikatan. Tak ayal Persija menjadi salah satu klub dengan nama besar  dan ditakuti lawan-lawannya. Tercatat Persija 9 kali berhasil merengkuh juara era perserikatan.

Setelah format liga beralih menjadi Liga Indonesia persija seret prestasi. Persija hanya berhasil menjuarai Liga Indonesia sekali, tahun 2001. Dan itu merupakan piala liga terakhir Persija hingga saat ini.

Dukungan Jak mania

Persija dengan nama besarnya berhasil memikat banyak hati pecinta sepak bola nasional. Jak Mania (sebutan pendukung Persija) tersebar diberbagai wilayah, tak terkecuali di luar pulau Jawa. Klub yang bermarkas di Stadion Gelora Bung Karno ini selalu didampingi Jak mania ke manapun Persija berlaga.

Persija bisa dikatakan sebagai klub yang suka hijrah. Walaupun memiliki predikat klub ibu kota, Persija sejatinya memiliki masalah dengan markas untuk bertanding. Di era 2000-an Persija masih memakai Stadion Lebak Bulus sebagai homebase mereka. Namun, ada beberapa faktor yang membuat Stadion Lebak Bulus tidak dipakai Persija. Pertama, Stadion Lebak Bulus tidak memenuhi standar BLI (Badan Liga Indonesia) Persija terpaksa mencari stadion pengganti. Kedua, Stadion Lebak  Bulus tidak mampu menampung banyaknya pendukung Persija yang ingin menyaksikan laga Persija secara langsung. Stadion Lebak Bulus hanya bisa menampung 12.500 penonton saja. Akibatnya banyak dari penonton yang tidak kebagian tempat. Ketiga, sebagai klub yang disegani, Persija rasa-rasanya kurang layak menghuni Stadion Lebak Bulus. Persija yang notabene pujaan masyarakat ibu kota harusnya memiliki stadion sendiri yang lebih menjanjikan. Predikat mereka sebagai klub besar seakan tercoreng dengan minimnya stadion yang layak untuk menjadi laga tandang Persija.

Sejak Stadion Lebak Bulus diruntuhkan untuk dibangun MRT (Mass Rapid Transit), Persija akhirnya memakai Stadion Utama Gelora Bung Karno. Namun, kadang permasalahan kembali mencuat. Persija kembali meradang ketika Stadion SUGBK dipakai untuk event yang lebih penting seperti SEA Games, AFF Suzuki Cup, dan event berkelas internasional lainnya.

Kini Persija harus melewati SUGBK karena masih dalam tahap renovasi. SUGBK direncanakan akan menghelat Asian Para Games Oktober mendatang. Itu artinya Persija tidak akan bisa memakai SUGBK untuk laga kandang Liga Indonesia yang mulai bergulir bulan maret. Kemenpora hanya memperbolehkan pemakian SUGBK setelah event Asian Para Games.

Tidak hanya itu, karena biaya sewa SUGBK sangat mahal membuat Persija harus mencari alternatif stadion lain. Untuk menggelar pertandingan di SUGBK pihak Persija harus merogoh kocek sebesar 180-200 juta. Hal tersebut membuat pihak Persija harus mencari stadion lain—dan rumah kedua mereka ada di Stadion Manahan Solo.

Belakangan kita memang lebih sering melihat Persija melakoni laga kandang di Stadion Manahan Solo. Stadion tersebut sudah seperti rumah kedua bagi Persija dan Jak mania. Sambutan dari masyarakat maupun pendukung PSIS Solo pun adem ayem. Tak ada penolakan.

Hal yang patut diapresiasi adalah Jak mania yang selalau loyal menemani Persija di mana pun mereka berlaga. Tak terkecuali di Solo sekalipun. Walaupun jarak yang ditempuh terbilang jauh, Jak mania rela panas-hujan demi mendukung Macan Kemayoran berlaga.

Lika-liku Persija selama ini memang terjal. Sebagai klub besar pamor mereka beberapa tahun belakangan seakan-akan memudar. Dari segi prestasi, Persija bahkan kalah bersaing dengan musuh bebuyutan mereka Persib Bandung, Persipua Jayapura, Sriwija FC dan juga Arema FC. Piala liga terkahir mereka seakan tiada berarti sebelum Persija berhasil meraih gelar bergengsi tahun ini.

Kini Persija berada dibayang-bayang klub-klub yang mulai mengancam repotasi mereka sebagai klub besar. Sebut saja Bali United, Bhayangkara United, PS TNI hingga Pusamania Borneo FC. Klub-klub tersebut sering merepotkan Persija—sepertinya klub tersebut tak gentar dengan nama besar Persija.

Persija sempat ditakuti lawan-lawannya di kompetisi tertinggi tanah air. Kala itu Persija masih dihuni pemain-pemain bintang sekelas Greg Nwokolo, Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, Aliyudin, Pierre Njanka, Herman Abanda, Ponaryo Astaman, Muhammad Ilham, Hendro Kartiko, Leo Saputra hingga Robertino Pugliara. Namun, sekarang yang tersisa hanya nama-nama seperti Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, dan Ramdani Lestaluhu yang masih loyal bersama Persija. Sisanya hijrah ke klub lain dan sebagian lagi memilih gantung sepatu.

Pasukan oren kini diisi pemain-pemain anyar. Hampir semua pemain yang mengisi skuat Persija merupakan pemain muda bertalenta. Sebut saja Ryuji Utomo, pemain berusia 21 tahun ini baru saja didatangkan Persija dengan durasi kontrak selama tiga tahun. Pemain yang tak kalah menjanjikan seperti Abrizal Umanailo, dan Sutanto Tan bakal adu kehebatan di lapangan hijau.

Nama-nama pemain veteran juga mengisi skuat Persija tahuh ini, seperti Bepe, Ismed, Amarzukih, Andritany, Gunawan Dwi Cahyo, Maman Abdurahman, dan Ramdani Lestaluhu. Kolaborasi antara pemain muda dan pemain berpengalaman bakal memberikan nilai plusbagi Persija. Di bawah arahan pelatih anyar Stefano Curruga, Macan Kemayoran diharapkan semakin berkembang dan mampu menunjukkan tajinya kembali.

Untuk itu Jak mania dan pecinta sepak bola Tanah Air menantikan permainan dari Persija. Di tangan Stefano Curruga Persija semoga saja berhasil berbicara banyak di Liga Indonesia bulan Maret mendatang. Dan menegmbalikan muruah Persija sebagai klub yang disegani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun