Mohon tunggu...
Tian Lustiana
Tian Lustiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - blogger

Lifestyle & parenting blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Angkutan Konvensional vs Angkutan Online

11 Oktober 2017   10:30 Diperbarui: 11 Oktober 2017   10:54 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang angkutan konvensional vs online ini sedang menjadi trending, khususnya di Kota Bandung. Hmm, berbagai opini pun mencuat, pro dan kontra itu biasa, bukankah begitu?

Opini - opini pun banyak sekali, ada yang memanasi keadaan padahal belum tentu tau seluk beluk kejadian sebenarnya itu seperti apa, hanya saja mereka terbakar emosi karena ulah beberapa oknum tidak bertanggung jawab. Belum lagi ulah para provokator yang menyebarkan berita hoax mengerikan, membuat masyarakat pun ketakutan, hmm begini ya menggunakan social media masa kini, hanya menebar kecemasan dan ketakutan semata.

Melakukan demo bukan tanpa alasan dong, mereka juga tak ingin kehilangan penghasilan karena demo. Bayangkan berapa kerugian yang dialami dengan demo sehari, dua hari bahkan sampai berhari -- hari. Rugi? Sudah pasti.

Demo angkot di Bandung bukan melarang adanya angkutan umum online loh, bukan. Angkutan konvensional yang disebut ugal -- ugalan ini menuntut supaya pemerintah mencabut Permenhub nomor 32 tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraaan bermotor umum tidak dalam trayek. Terutama pada angkutan online. Temen -- temen tau berapa trayek yang harus dibayarkan para pemilik angkot agar angkutannya bisa beroperasional? Enggak tau kan? Iya karena taunya angkutan umum itu hanya tukang ugal -- ugalan dan bikin macet.Rezeki memang sudah ada yang mengatur, namun sejak kehadiran angkutan berbasis online, pendapatan angkutan konvesional ini menurun drastic sementara anak dan isteri mereka harus tetap diberikan nafkah. Masih soal rezeki, pihak yang mendemo angkutan online sama sekali tidak menolak adanya angkutan online, karena rezeki mah gak akan ketuker kan? Namun hanya ingin angkutan online pun diatur dalam regulasi yang jelas, jadi saingannya pun sehat.

Para pendemo tidak membatasi teknologi yang semakin hari semakin maju itu, kalau regulasinya benar dan sesuai ya tarif pun pasti bakal disesuaikan juga, betul? Jadi silakan mencari rezeki dengan sehat dan tidak saling sikut. Ibarat gini deh, kita jualan makanan yang sama, bahan baku yang sama dan bentuk sama namun tiba - tiba ada yang jualan sama pula dan memberikan harga jauh banget dibawah harga jualan kita, otomatis pelanggan yang tadinya beli ke kita jadi pindah ke yang lain kan? ah tenang saja rezeki sudah ada yang ngatur? Hmmm, iya gitu? 

Kredit kendaraan alias mobil plat hitam mah sekarang jadi gampang, asal ada uang buat dp jadi deh. Masalah cicilan mah tenang aja bisa sambil angkutan online, gitu kan? Sementara beli satu angkot itu susah, belum trayek belum urusan lainnya. Nah gimana nih? 

Memang, masyarakat bebas memilih, mau online silakan mau angkutan umum ya mangga. Namun sekali lagi coba pelajari dulu regulasi yang sudah diterapkan selama ini, apakah sudah adil pada kedua belah pihak?

Jadi, kepada pemerintah tolong regulasinya dulu dibenahi jangan biarkan sesama manusia mencari nafkah sampai saling cecar hanya karena sesuap nasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun