Mohon tunggu...
Ibnul Fadani
Ibnul Fadani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis | Pembaca | Atlet

Menulis adalah cara terbaik untuk berbicara tanpa diganggu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sufisme

3 Juli 2023   18:57 Diperbarui: 3 Juli 2023   19:06 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sejarah Sufisme: Perjalanan Spiritual dari Masa Lampau hingga Masa Kini

Sufisme memiliki akar yang dalam dalam sejarah spiritual Islam dan telah melalui perjalanan panjang dalam pengembangannya. Dari masa lampau hingga masa kini, sufisme telah memberikan sumbangan berharga terhadap pemahaman spiritual dan kehidupan beragama umat Islam. Mari kita melihat perjalanan sejarah sufisme dan mempelajari pengaruh tokoh-tokoh penting dalam tradisi ini.

Sufisme muncul pada abad awal Islam sebagai reaksi terhadap perkembangan sosial dan politik yang cepat dalam dunia Muslim. Para tokoh awal sufisme, yang dikenal sebagai "salikin" atau "orang-orang yang berjalan menuju Tuhan," menekankan pentingnya memperoleh pengalaman langsung dengan Tuhan melalui disiplin diri dan introspeksi spiritual. Mereka mencari cara untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Islam melalui pengalaman batin dan kontemplasi.

Selama periode awal ini, beberapa sufistik terkemuka muncul, termasuk Hasan al-Basri dan Rabiah al-Adawiyah. Hasan al-Basri dikenal karena kebijaksanaan dan pengajarannya yang mendalam, sementara Rabiah al-Adawiyah menjadi simbol cinta dan kesetiaan kepada Tuhan dalam tradisi sufisme. Mereka adalah contoh awal dari pengaruh yang dapat dimiliki oleh tokoh-tokoh sufisme dalam mengilhami dan membimbing generasi selanjutnya.

Pada abad ke-9 hingga ke-12, sufisme berkembang pesat di dunia Muslim. Pada masa ini, beberapa tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah sufisme muncul. Salah satu tokoh paling terkenal adalah Abu Hamid Al-Ghazali, yang dikenal sebagai "Hujjat al-Islam" (Bukti Kebenaran Islam). Al-Ghazali menggabungkan pemikiran filosofis dan teologis dengan spiritualitas sufisme. Karya monumentalnya, "Ihya Ulum al-Din" (Revitalisasi Ilmu Agama), menguraikan konsep-konsep sufisme secara komprehensif dan memberikan landasan teoretis yang kuat bagi praktik-praktik sufistik.

Selama periode yang sama, lahir pula tokoh besar lainnya, yaitu Jalaluddin Rumi. Rumi adalah seorang penyair dan filsuf sufistik yang terkenal melalui karya-karya seperti "Mathnawi" dan "Divan-e-Hafiz". Puisi-puisi Rumi mengungkapkan keindahan dan kebenaran spiritual dalam bahasa yang indah, dan masih menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang hingga saat ini. Ia mengajarkan pentingnya cinta universal, penolakan terhadap keserakahan dan egoisme, serta kesadaran akan kesatuan Tuhan.

Pada abad ke-12, Ibn Arabi muncul sebagai tokoh penting dalam pengembangan sufisme. Ibn Arabi dikenal sebagai "Syekh al-Akbar" (Guru Agung) dan dianggap sebagai salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah sufisme. Karya monumentalnya, "Fusus al-Hikam" (Materi-Materi Kebijaksanaan), membahas konsep-konsep sufisme secara mendalam, termasuk konsep kesatuan Tuhan dan cinta sebagai kekuatan pendorong spiritual.

Seiring berjalannya waktu, pengaruh sufisme terus berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah dunia Muslim, menghasilkan banyak tokoh-tokoh penting lainnya seperti Ibn al-Arabi al-Maliki, Ibn Ata'illah, dan Abdul-Qadir al-Jilani. Tokoh-tokoh ini masing-masing memiliki kontribusi unik mereka dalam pemahaman dan pengembangan sufisme.

Hingga masa kini, sufisme tetap hidup dan relevan dalam masyarakat Muslim. Tokoh-tokoh kontemporer seperti Muhammad Iqbal, Rumi ad-Darwis, dan Seyyed Hossein Nasr terus menyumbang pemikiran dan inspirasi yang berharga dalam tradisi sufisme.

Sejarah sufisme merupakan kisah yang kaya tentang pencarian spiritual manusia, pengabdian kepada Tuhan, dan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan dan kebenaran. Pengaruh tokoh-tokoh penting dalam tradisi sufisme, seperti Rumi, Ibn Arabi, Al-Ghazali, dan banyak lagi, telah membentuk fondasi yang kuat bagi pengembangan dan pemahaman sufisme hingga saat ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun