Dalam Dosa, Terjerat.
Dalam kegelapan kelam, pendosa merayap,
Terperangkap dalam labirin dosa yang terjerat.
Hati yang rentan, terikat oleh nafsu dan kesalahan,
Membawa dirinya semakin jauh dari jalan yang lurus.
Berpaling dari cahaya kebenaran yang bersinar,
Pendosa melangkah dalam bayang-bayang dosa.
Sesal tersemat dalam tiap hela napas yang dihembus,
Namun godaan terus menggoda, menghancurkan kehendaknya.
Dalam kerapuhan, pendosa terjebak dalam perangkapnya sendiri,
Mencari penghiburan di tempat yang tak seharusnya.
Ragam dosa menghiasi kehidupannya yang penuh cela,
Menjadi budak keinginan duniawi, hampa akan kebaikan.
Namun, dalam lubuk hati yang gelap dan tersesat,
Ada cahaya yang redup, panggilan untuk kembali.
Pendosa menggigil, merindukan kebaikan yang terlupakan,
Menggebu-gebu ingin memulihkan diri yang terluka.
Dalam dosa, pendosa merenungkan tindakannya,
Air mata menyusuri pipi yang pucat oleh dosa-dosa.
Meratap dalam kesendirian, berharap pada pengampunan,
Menyusuri jalur yang terjal, mencari kembali jalan yang benar.
Hanya ada satu jalan keluar dari kegelapan ini,
Mengangkat tangan dengan tulus, memohon ampunan Ilahi.
Merangkul rahmat yang melimpah, merawat hati yang terluka,
Menggenggam kebaikan, membuang dosa-dosa yang mengikat.
Dalam proses perubahan, pendosa menemukan harapan,
Mengubah hati yang gelap menjadi terang yang bersinar.
Dosa-dosa masa lalu menjadi pelajaran berharga,
Menjadi alasan untuk memperbaiki diri, melangkah maju.
Pendosa, sekali terjebak dalam jaring dosa,
Tapi bukan berarti terhukum selamanya.
Mampu bangkit dari jurang kegelapan yang menghantui,
Menjadi bukti nyata bahwa pengampunan itu ada.
Dalam luka, pendosa menemukan kesembuhan,
Dalam dosa, pendosa menemukan kebenaran.
Kisahnya menjadi saksi perjalanan yang tak terlupakan,
Sebuah cerita tentang kesalahan yang diperbaiki dan jiwa yang ditebus.
Luka yang Terpatri