Mohon tunggu...
Ibnul Fadani
Ibnul Fadani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis | Pembaca | Atlet

Menulis adalah cara terbaik untuk berbicara tanpa diganggu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanah Keabadian

7 Juni 2023   06:59 Diperbarui: 7 Juni 2023   07:04 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah pelosok kota, terdapat seorang yang merana,
Orang miskin penuh derita, hidup dalam hinanya.
Namanya terlupakan, tak bergema di bibir banyak orang,
Namun, dia tak hancur oleh segala cercaan yang datang.

Hari demi hari, dia bekerja dengan gigih di tanah yang tandus,
Menyusuri lahan gersang, melawan angin yang kasar dan menusuk.
Meski diperolok-olok, tak pernah hilang semangatnya yang tulus,
Berjanji pada tanah keabadian untuk jadi cahaya yang terus bersinar.

Setiap langkahnya membawa nyanyian untuk langit yang biru,
Tiap peluhnya menghidupkan kembali alam yang terkikis oleh waktu.
Dia merawat pohon-pohon tua yang terlupakan oleh dunia,
Memberi kehidupan bagi burung-burung yang merdu bernyanyi.

Orang-orang di sekelilingnya tak mengerti makna yang tersirat,
Mereka hanya melihatnya sebagai orang lemah yang tak berarti.
Tak mereka sadari, bahwa di setiap sentuhan tangannya yang halus,
Dia menciptakan keajaiban dalam bentuk cinta yang tak tertandingi.

Tanah yang ia olah menjadi subur kembali,
Padang rumput gersang berubah menjadi taman yang hijau.
Dia memberi makan binatang-binatang liar yang kelaparan,
Menjadi penyelamat bagi makhluk-makhluk yang rapuh dan tak berdaya.

Dalam senyapnya malam, dia berdialog dengan bintang-bintang,
Berbagi cerita dan harapan, tak kenal kata putus asa.
Mereka menjadi saksi bisu atas dedikasinya yang tulus,
Pada tanah keabadian, sang pahlawan tak terjamah oleh maksiat.

Tak peduli dengan kekayaan fana yang tak abadi,
Dia menjalani hidupnya dengan harta terbesar yang tiada tara.
Cinta tanah yang membara dan kesucian hati yang tak terjamah,
Menjadi penjaga semesta yang hadir di dalam dirinya.

Kini, legenda tentang sang pahlawan tanah telah tersebar luas,
Hati orang-orang tergugah oleh kebaikannya yang tiada lekang oleh waktu.
Orang miskin yang dihina, namun tak terhingga kebermanfaatannya,
Telah melampaui batasan dunia, menjadi cahaya di alam semesta yang abadi.

Dalam keheningan malam, bintang-bintang pun berbisik,
Menyampaikan pesan bahwa kebaikan tak mengenal batas.
Dan pada akhirnya, manusia yang melihat cermin diri mereka sendiri,
Akan menemukan keabadian di dalam ketulusan dan kebaikan yang tak ternilai harganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun