Dalam kegelapan hati yang berdosa,
Tersembunyi rindu, ingin bertuah,
Kutuliskan puisi, memakai praktik majas,
Mengungkapkan cinta, yang tak terkira.
Seperti lautan yang gelap dan dalam,
Hati pendosa merasa terabaikan,
Namun dalam kisah-Nya yang tak terhingga,
Cinta-Nya mencapai jiwa yang terpenjara.
Oh, pendosa! Jangan merasa terasing,
Di antara dunia yang jahat dan kehinaan,
Pengampunan-Nya takkan pernah terbatas,
Kasih-Nya melingkupi semua yang berdosa.
Seperti bunga di padang yang tandus,
Pendosa pun berhak tumbuh dan bersemi,
Kehadiran-Nya mencurahkan rahmat-Nya,
Menyentuh jiwa yang merindukan cinta-Nya.
Dalam gelapnya dosa, terang-Nya tetap bersinar,
Memberi harapan, melebihi segalanya,
Bukalah hatimu, terimalah pengampunan-Nya,
Pendosa juga pantas mencintai tuhannya.
Jadilah seperti api yang tak terpadamkan,
Yang terus membara dalam ketulusan,
Bersujud di hadapan-Nya dengan penuh keyakinan,
Pendosa pun dapat menemukan-Nya dengan segenap kecintaan.
Biar puisi ini menjadi saksi abadi,
Bahwa tak ada dosa yang tak terampuni,
Cinta-Nya tak terbatas pada yang sempurna,
Pendosa juga pantas mencintai tuhannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H