Di dunia yang terus berubah dan tidak stabil ini, banyak orang mencari cara untuk mempertahankan stabilitas mental dan emosional mereka. Salah satu filosofi yang telah ada selama berabad-abad dan masih relevan hingga saat ini adalah stoicisme. Dalam kesempatan ini, kita akan membahas tentang stoicisme dan cara praktiknya.
Pertama-tama, mari kita pahami apa itu stoicisme. Stoicisme adalah sebuah filosofi Yunani kuno yang dipegang oleh para stoik. Filosofi ini menekankan pentingnya menjaga keadaan batin yang tenang dan stabil. Dalam stoicisme, seseorang diharapkan untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan dan menerima hal-hal yang tidak bisa dikendalikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menghadapi masalah dan keadaan yang tidak bisa kita kendalikan. Misalnya, cuaca buruk, kemacetan lalu lintas, atau bahkan pandemi yang sedang melanda saat ini. Menurut stoicisme, kita harus belajar menerima kenyataan dan tidak membuang-buang energi untuk mengeluh atau marah terhadap hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
Namun, bukan berarti kita harus pasrah dan tidak melakukan apa-apa. Stoicisme juga mengajarkan bahwa kita harus fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Misalnya, bagaimana cara kita menanggapi situasi yang sulit atau bagaimana kita memperbaiki diri sendiri. Dengan fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, kita bisa mempertahankan stabilitas emosional dan mental yang lebih baik.
Cara praktik stoicisme tidak selalu mudah, tetapi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama-tama, cobalah untuk melatih diri untuk mengenali apa yang bisa dikendalikan dan apa yang tidak bisa dikendalikan. Misalnya, ketika Anda menghadapi situasi sulit, tanyakan pada diri sendiri apakah situasi itu bisa Anda kendalikan atau tidak. Jika tidak, cobalah untuk menerima kenyataan dan fokus pada hal-hal yang bisa Anda kendalikan.
Selain itu, cobalah untuk berlatih menerima ketidakpastian dan ketidakjelasan dalam hidup. Stoicisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada kondisi luar atau material, tetapi pada keadaan batin yang stabil. Dengan menerima ketidakpastian dan ketidakjelasan, kita bisa belajar untuk hidup dalam keadaan batin yang lebih tenang dan stabil.
Cara lain untuk praktik stoicisme adalah dengan berlatih bersikap sopan dan menghargai orang lain. Stoicisme mengajarkan bahwa kita harus memperlakukan orang lain dengan cara yang sama seperti kita ingin diperlakukan. Dengan bersikap sopan dan menghargai orang lain, kita bisa menciptakan hubungan yang lebih harmonis dengan orang-orang di sekitar kita.
Selain itu, stoicisme juga mengajarkan pentingnya berlatih merenung dan introspeksi. Dalam kehidupan yang serba sibuk dan penuh distraksi, seringkali kita lupa untuk merenung dan mengintrospeksi diri.
Namun, dengan merenung dan mengintrospeksi diri, kita bisa mempertajam persepsi kita tentang diri sendiri, lingkungan, dan dunia di sekitar kita. Kita juga bisa belajar untuk mengenali emosi dan pikiran kita sendiri, sehingga bisa mengendalikan reaksi kita terhadap situasi dan orang lain.
Salah satu cara untuk berlatih merenung dan introspeksi adalah dengan melakukan meditasi atau journalling. Meditasi adalah cara untuk merenung dalam keheningan dan membawa pikiran kita kembali ke titik fokus yang kita pilih. Sedangkan journalling adalah cara untuk mencatat pikiran, emosi, dan pengalaman kita dalam sebuah buku catatan. Dengan meditasi atau journalling, kita bisa merenung dan mengintrospeksi diri secara teratur, sehingga bisa meningkatkan kesadaran diri dan memperkuat keadaan batin kita.