Aku kurang tahu apakah memang tidak ada anggaran untuk perbaikan jalan, yang jelas 2 tahun sudah aku hidup di sini, seingatku baru satu kali ada perbaikan jalan. Itupun tambal sulam asal jadi. Dua bulan kemudian, jalan-jalan itu kembali menganga, membuka mulut untuk minta diisi kembali receh-receh pemerintah. Lirik lagu Iwan Fals kembali mendayu-dayu dalam ruang imajinasiku, seakan mengugat fenomena jalan buaya tersebut “Katanya… Zamrud khatulistiwa, Nyatanya… Kilau air mata..”
Laju Motorku makin kencang, berusaha agar sampai ke kampus tepat waktu. Di depan, turunan curam plus tikungan tajam kembali menyambut ban motorku. Setelahnya, terlihat turunan dengan serpihan batu kerikil yang tajam-tajam. Maklum, tak jauh dari situ, sedang terjadi pelebaran jalan menuju perumahan dan juga ada pemugaran rumah makan.
Dulu ketika belum ada pelebaran jalan, aku sering memberi makan ban motorku dengan asupan angin dari sebuah bengkel tepat di sebelah rumah makan. Namun sekarang bengkelnya sudah lenyap dimakan proyek pelebaran jalan.
Ya.. semoga saja kau mendapatkan ganti rugi yang setimpal duhai bengkel motor yang bersahaja.
Tidak terasa, aku sudah memasuki kawasan Sentul City. Slogan jalan Tol sebagai jalan bebas hambatan memang benar apa adanya kawan... Nyaman betul rasanya jika seluruh jalan di Indonesia ini seperti jalan tol. Namun membayangkannya, aku sadar bahwa itu hanyalah mimpi.
Untuk memperoleh izin pembangunan saja membutuhkan tarik ulur yang cukup lama. Belum lagi ketika proyek tersebut sudah mendapatkan izin ketok palu. Sudah ada tikus-tikus nakal yang siap mengutil. Toh kalo jalannya sudah ada, jumlah kendaraanpun semakin bertambah… Kompleks sudah bung.
Kuda besiku semakin kencang larinya. Tak puas gigi tiga langsung ku kugocek ke gigi empat menerobos angin pagi perumahan elit yang masih segar. Beberapa saat kemudian aku mengambil jalur ke kanan ketika menemukan perempatan.
Ahmad fuadi selalu membanggakan kehidupan lima menaranya. Maka kami pun yang hidup di kawasan Babakan Madang ini juga hidup dalam kemegahan tiga menara yang tidak dibuat buat.
Masjid Andalusia yang dikenal sebagai oase syiar ekonomi syariah, merupakan satu dari tiga sandingan menara yang ada di kawasan ini. Adapun 2 menara lainnya, yakni SICC dan menara masjid Az-zikra dengan sosok ustadz Arifin sebagai ikonnya.
Lamat-lamat dari kejauhan aku melihat kampusku yang megah. Tapi tunggu dulu! Kok? Mana kampusku? Aku hanya melihat Masjid Andalusia berdiri kokoh di depanku. Bangunan dengan arsitek Spanyol abad pertengahan. Lalu, mana kampus ku?
Asshhh.. sudahlah. Hehe. Aku sudah sampai. Sekian.