Hanya ingin duduk malam ini di beranda. Kulepas pandang ke seberang halaman. Sekitar gelap gulita sebab tak ada tetangga terdekat. Hanya rumpun semak sisa ladang singkong yang baru di panen sore tadi.
Angin beriak malas. Terlihat dari rumpun tebu yang bergoyang perlahan. Kerosak daun-daunnya saling bergesekan menimbulkan melodi mistis.
Tak ada suara burung di dahan mangga yang bergoyang pelan.
Awan-awan yang berarak lamban di ufuk barat, menyisakan celah kemerahan di kaki langit.
Ada segumpal teja putih cemerlang di langit yang mulai kelam. Seolah-olah para bidadari tengah mengintip dari balik awan.
Apa gerangan ada di bumi?
Ah, malam ini aku hanya ingin duduk di beranda. Bercengkrama dengan pikiran sendiri. Enggan bercerita dengan para bidadari.
Biarkan mereka bertanya-tanya. Sebab akupun tak ingin tahu, selendang siapa yang tertinggal di tepi telaga, ketika Jaka Tarub mengintai mereka mandi.
Biarlah kisah mereka dinikmati dalam dongeng.
Aku hanya ingin mengurai kisahku sendiri.
Ah, aku baru ingat.
Hari ini ulang tahunmu, bukan?
Kotapinang, 19 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H