Mohon tunggu...
Catatannisa
Catatannisa Mohon Tunggu... Penulis - Jurnal Keseharian dan Informasi

Assalamualaikum, Selamat datang di dunia Catatannisa😍❤

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Kasih di Bumi Lambung Mangkurat

3 Juni 2021   11:46 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:10 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terduduk dibawah langit cerah bertaburkan bintang, bersama lima belas temanku. Kami bersila di atas tanah lapang penuh rumput yang letaknya persis ada di belakang panggung pentas seni yang sedang berlangsung. Hawa dingin malam membelai tubuhku. Aku berkonsentrasi memunajatkan do'a indahku pada sang Maha Cinta, berharap ada daya dan kekuatan malam itu, berharap semua kerja keras dan luka terbayar dengan sempurna.

Semakin malam semakin mendekati waktu kami untuk naik ke panggung, namun inilah kuasa semesta, semakin dekat dengan detiknya semakin hatiku terasa lapang dan tak ada sedikitpun beban yang menyesakkan dada. "Luna, siap jadi *srikadi ?," suara bernada berat itu menyusur pendengaranku, suara itu adalah suara kak Rudi, Pembina pramuka yang baru saja menyandang gelar ayah. "Iya siap dong," ucapku percaya diri dan dengan santainya. Aku Luna  salah satu siswa yang beruntung mewakili Provinsi Jawa Timur dalam perkemahan Pramuka Santri Nusantara ke IV yang kali ini diselenggarakan di Kalimantan Selatan. 

Bersama Sembilan puluh tujuh siswa Sekolah Menengah Atas dan sederajat lainnya perwakilan dari masing-masing kabupaten dan kota. Dari nama acaranya kami semua selain menjadi siswa juga menjadi *santri, dan kami berangkat atas seleksi pramuka yang dilaksanakan oleh Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur. 

Suatu kehormatan bagiku untuk ikut serta maju dalam lomba pentas seni di kesempatan kali ini, bagaimana tidak lomba pentas seni berbeda dari lomba yang lain, karena pentas seni dilihat oleh semua peserta juga bina damping alias umum, sebanyak tiga ribu santri dari seluruh Indonesia akan melihat pentas seni ini, sejenak kesyahduan merasuk benakku, namun cepat-cepat kubuyarkan itu, karena aku sadar aku sudah harus bersiap dibelakang panggung untuk segera tampil menggantikan posisi DKI Jakarta yang kini sedang unjuk gigi memberikan penampilan terbaiknya. Memang bukan kali pertama untukku menari gemulai di depan khalayak, namun kali ini adalah kalli yang paling berbahagia diantara kali sebelumnya yang pernah ada.

Kami mulai naik ke panggung, mempersembahkan penampilan yang hanya kami lakukan dengan waktu latihan hanya 8 hari saja. Begitu waktu yang sangat singkat untuk penampilan yang memasukkan banyak karakter di dalamnya. Aku melakukan yang terbaik yang aku bisa, begitupun teman-teman yang lain. Aku menari saja sesuai bagaimana aku harus menari menampilkan karakterku di panggung, sembari aku mengingat Dalam pikiranku bagaimana perjuangan kami dengan waktu yang tak banyak itu agar aku bisa semakin semangat.

Sebelum itu kami dibuat habis-habisan resah dengan ide cerita yang akan kami tampilkan membawa harum nama Jawa Timur dalam acara nasional. Berbagai konsep kami usung namun masih belum saja pas, hingga suatu waktu karena kami sudah kehabisan ide kami mengusulkan untuk mengangkat seni tari batengan, seni khas dari Mojokerto, yang menceritakan tentang perguruan bela diri yang nantinya ada serangan besar dan itu datangnya dari mantan murid yang berguru disana murid tersebut memanfaatkan ilmunya dengan hal-hal yang tidak baik. 

Namun untuk yang akan kami tampilkan benar-benar dipercantik sebagai seni tari yang epic, karena bagi orang Mojokerto sendiri seni bantegan adalah seni yang berbahaya karena para pemainnya menggunakan bantuan hal ghaib dalam menampilkan, hal itu bukan tanpa alasan, kepala banteng yang digunakan untuk pertunjukkan bisa mencapai lima belas kilogram dan harus ditampilkan dengan dibawa oleh kedua tangan dan dilenggak lenggokan kedepan daam waktu yang bukan semenit dua menit saja, bagi sebagian padepokan seni bantengan mereka harus menambah staminanya dengan bantuan ghaib tersebut. 

Tak pakai lama, pembina pramuka kami langsung mendatangkan seorang pelatih bantengan yang saat itu kami tak tahu, bahwa yang akan melatih kami ini adalah pemilik sanggar tari Mahesa Sura yang sering memenangi kejuaraan bantengan sendra tari murni seni tanpa adanya hal-hal ghaib dan misterius lainnya. Dalam benak kami sudah takut, dan memikirkan bermacam-macam hal yang kita sendiri belum tahu.

********

Kami berjalan perlahan menuju aula untuk memulai awal kali latihan kami sekaligus perkenalan pada pelatih, dari belakang sudah banyak yang kami pikirkan, "Gita ini orangnya gimana yah? Bakal baik atau aneh," perkataan itu nyeletuk dari Alfi, salah seorang temanku yang ada dalam tim. Tak mungkin laju kami hentikan, ketika semakin dekat deru langkah kami mungkin membangunkan lamunan pelatih baru dan akhirnya ketika orag tersebut menoleh, kami kemudian memberi salam. Seketika ketakutan kami sirnah, ternyata pelatih kami mengembangkan senyum lebarnya, orangnya ramah dan baik hati.

Nanmanya Budi yang akhirnya kami akrab memanggil Pakde Budi. Dengan ditemani dan dibantu empat anak buahnya beliau melatih kami dengan super sabar namun tegas, dengan pengajaran yang membuat kami menjadi semangat. Ditambah anak buah pakde Budi yang humoris, pada akhirnya kami juga memanggil anak buahnya dengan sebutan "pakde", walau usia kami tak terpaut jauh sekali, kisaran tiga sampai empat tahun saja. 

Berbagai latihan yang melelahkan kami lakukan, begitupun untuk teman-temankku yang kebagian membawa banteng, mereka harus berlatih keras untuk kuat membawa barang seberat lima belas kilo dan harus diliuk-liukkan dengan indah agar menciptakan daya Tarik seni itu sendiri. Setiap kali akan latihan kami harus melakukan pemanasan ekstra agar otot kami benar-benar lemas. 

Berkali-kali jatuh , lebam, memar dan tergores di lutut serasa sudah tak lagi sakit, kami lakukan semua dengan ekstra, menyita waktu tidur, bahkan waktu ujian *diniyah kami yang harus terpotong. Keringat bukan lagi hanya butir-butir, namun sudah seperti mandi rasa diri ini., hingga akhirnya kami bisa. Kami menghapal semua gerakan dan mampu menampilkan karakter yang ada dalam seni tersebut dengan natural, termasuk aku yang berperan sebagai srikandi dengan gerakan paling banyak. Disanalah beribu semangat kami himpun hingga akhirnya kami siap dan berangkat membawa kekuatan untuk menjadi wakil terbaik bagi pramuka santri Jawa Timur.

Kami menampilkannya dengan sangat enjoy diatas panggung, tak tahu mengapa bisa serileks itu, seperti tak ada beban dan kami puas serta kerja keras beberapa hari belakangan kemarin terbayar. Kembali yel-yel kami gemborkan sebagai anak pramuka, semua teman yang melihat sungguh takjub dan kagum, kami hanya bisa mengucap syukur atas kemudahan yang kami lewati diatas panggung, dengan penonton yang jumlahnya sangat banyak. Semua tak lepas dari kerja keras dan usaha serta do'a yang tulus.

************

Yah begitulah kisahku, hari itu sudah lama berlalu bertahun-tahun yang lalu, namun aku selalu menyimpan kenangannya dalam memori ingatanku, hingga saatnya tiba hari terakhir kami ada disana tepat tanggal 07 juni, kami mengikuti upacara dan mendengarkan pengumuman yang runtut disampaikan, hingga pada suatu ketika, sekujur badan lemas dan tak berdaya saat suara pembawa acara masuk dalam telingaku "Juara 1 Pentas Seni dimenangkan oleh Jawa Timur". Aku mati rasa. 

Sejenak kami terdiam, dan kemudian berpelukan, air mata tak mampu dibendung, kebahagiaan menjadi haru biru yang memeluk kami. Kami bersorak dan bahagia, ini adalah luka yang terbayar, dengan segala kesusahan yang ada, dan pelajaran yang bermakna usaha itu pasti akan menghasilkan kebahagiaan, Banjarmasin, Kalimantan Selatan kota seribu sungai yang juga dijuluki sebagai Bumi Lambung Mangkurat, disini lah ada haru yang ku ciptakan, ada perjuangan yang tergores di tanahnya, inilah aku dan  kisah kasihku  yang tertinggal bersama kenangan dan  bahagia yang ada. 

Kasih bukan hanya tentang lelaki dan wanita yang saling mencitai, tapi kasih juga perjuangan yang tulus untuk sebuah pencapaian terbaik. Suatu pelajaran bagiku dari kisah kasih itu, dalam kehidupan aku tidak pernah tau ada apa di depan sana, tapi selagi bisa melakukan yang terbaik lakukan saja, usaha tidak akan menghianati hasil dan hasil yang baik pasti tercipta dari usaha yang sungguh-sungguh.

  • * Santri : Seseorang yang menimba ilmu dalam pesantren islam atau majelis keislaman
  • * Srikandi : Tokoh pewayangan perempuan
  • * Diniyah  : Sekolah keagamaan yang ada di majelis keislaman dan juga pondok pesantren

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun