Mohon tunggu...
Karinka Ngabito
Karinka Ngabito Mohon Tunggu... Wiraswasta - Just an ordinary crafty mompreneur, raising an extraordinary artsy daughter

Tentang gaya hidup kreatif, makanan dan kehidupan ibu. “working hard for something we don’t care about is called stress, working hard for something we love is called passion” [unknown].

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Kreatif Atasi Anak Bermain Gadget Agar Lebih Bermanfaat

27 November 2020   15:54 Diperbarui: 27 November 2020   16:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masa pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung sejak awal tahun 2020 mengakibatkan sekolah harus mengadakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yaitu proses belajar online sampai waktu yang bisa belum ditentukan. Anak-anak pun harus belajar dari rumah. Sebuah proses baru bagi murid yang sudah terbiasa dengan proses belajar di sekolahan.

Secara tidak langsung anak pun mempunyai lebih banyak waktu senggang selama belajar di rumah saja. Kebanyakan waktu belajar dipotong waktunya sehingga tidak sepanjang seperti waktu masih masuk sekolah dulu.  Mereka pun tidak bisa keluar rumah untuk berinteraksi dengan teman-temannya.

Salah satu hiburan mereka untuk mengusir kebosanan adalah bermain gadget, baik bermain sendiri atau bermain dengan teman-temannya secara online.

Di era digital ini memang dunia anak tak lepas dari urusan gadget.  Smartphone, komputer dan tablet telah menjadi bagian dari hidup mereka.  Kebanyakan orang tua mempunyai aturan masing-masing untuk anak-anaknya dalam menggunakan gadget.

Sejak pandemi banyak orang tua yang menjadi agak los ketika anaknya minta ijin bermain dengan gadget.  Aturan screen time berubah drastis. Kalau dulu sebelum PJJ mungkin hanya boleh menggunakan gadget 2-4 jam per hari, sejak pandemi bisa lebih dari 4 jam per harinya, tak jarang melebihi dari batasnya.

Tentunya aturan ini bisa berbeda untuk tiap orang tua, kita bisa mengatur jadwal dan berapa lamanya sesuai kebutuhan masing-masing anak dan sesuai perjanjian keluarga.

Menurut beberapa sumber, anak usia sekolah atau 6 tahun keatas sebaiknya hanya diperbolehkan  mengakses gadget maksimal 2 jam per hari, termasuk menonton televisi dan menggunakan komputer. Wah mana mungkin bisa diaplikasikan di masa pandemi ini!

Memang kondisi pandemilah yang banyak membuat orang tua agak los membiarkan anak lebih banyak waktu untuk mengakses bermai gadget. Sebelum pandemi, kita masih bisa melakukan berbagai macam kegiatan diluar rumah sehingga akses bermain gadget tidak sebanyak sekarang. Tetapi bagaimana lagi? Kondisi memaksa kita untuk harus di rumah saja, demi kesehatan dan keselamatan semua.

Maka dari itu kita, orang tua, harus mencari  cara agar bermain gadget menjadi lebih bermanfaat selama mereka di rumah saja, tidak hanya untuk bermain saja.

Tak jarang orang tua pun menjadi gemas sendiri setiap melihat anaknya selalu berkutat dengan gadget, tidak mau melakukan kegiatan lain.  Tetapi tak jarang juga orang tua memang membiarkan anak agak lama main gadget supaya si anak pun tak selalu mengganggu orang tua yang sibuk bekerja dari rumah juga.

Kalau sedang tak bermain gadget, seringkali anak selalu memanggil-manggil orang tua, apalagi memanggil ibunya. Entah minta ditemanin main (yang non-gadget) atau sekedar meminta sesuatu.  Ada saja yang mereka butuhkan.  Padahal kalau sedang bermain gadget, mereka akan asik dengan diri sendirinya, dengan temannya.  Orang tua pun lebih tenang mengurusi pekerjaannya.

Sebagai orang tua, kita tetap harus mencari cara agar anak kita mau mengurangi akses bermain gadget atau online game karena kita tentunya tidak mau anak kita menjadi kecanduan sehingga tidak melakukan kegiatan lain seperti istirahat, makan dan belajar.

Seperti yang dialami oleh Emi, ibu dari dua orang anak, Iyo (13 tahun) dan Sona (8 tahun).  Emi mengaku, sejak pandemi, ia lebih membebaskan anak-anaknya bermain gadget tetapi tetap ada aturan mainnya.  Apabila anak-anaknya ingin bermain gadget, Emi meminta anak-anaknya menyelesaikan dulu semua tugas-tugas sekolah, barulah mereka boleh bermain gadget atau online game.

Dengan begitu, walau bebas  bermain gadget si anak tetap menyelesaikan tanggung jawabnya. Bermain gadget sebagai reward.  Sesekali Emi pun menfasilitasi hobi Sona yang lain yaitu hobi menggambar.

Dengan menyediakan fasilitas seperti alat gambar baru dan printilan lainnya, Sona bisa teralihkan dari bermain gadget dan mulai melakukan kegiatan seru lainnya.

Lain halnya dengan Key Sukesi, ibu dari Allya (10 tahun) lebih gampang mengalihkan perhatian anaknya dari bermain gadget karena keduanya mempunyai bakat dan minat sama yaitu menggambar.  Penggunaan gadget di rumahnya kerap kali digunakan untuk belajar cara menggambar atau menonton tutorial kreatif di youtube.  Key mengarahkan penggunaan gadget sesuai hobi anaknya sehingga lebih bermanfaat.

Kita pun bisa memotivasi anak kita dengan tantangan-tantangan seru lainnya.  Kalau kita sudah tahu hobi anak kita, maka lebih mudah dalam mengarahkannya.

Saya menantang anak saya untuk melakukan drawing challenge.  Sejak pandemi, anak saya gemar sekali bermain roblox, sebuah online game yang sedang digandrungi anak-anak.  Ia suka meminta dibelikan robux, koin dalam permainan dalam roblox yang bisa digunakan untuk membeli sesuatu di permainan tersebut. Lama-lama saya menyuruhnya untuk mencari uang sendiri apabila ia ingin membeli koin robux.

Saya kasih dia tantangan yaitu menerima pesanan digital drawing dari keluarga dan teman-temannya. Ia menerima pesanan gambar dan menjual hasil karyanya.  Hasilnya bisa untuk menambah uang jajannya dan ia bisa membeli yang dia inginkan yaitu koin robux.

Dengan begitu ia pun banyak mendapat pelajaran seperti menggunakan gadget untuk hobi menggambarnya, mengalihkan perhatiannya dari bermain online game terus dan juga dia belajar bagaimana bisa mendapatkan uang jajan tambahan dari penjualan hasil karyanya.

Pada akhirnya ia jadi termotivasi untuk lebih sering menggambar supaya uang jajannya bertambah terus.. ha-ha.

Kita pun bisa membuat perjanjian bahwa ada waktunya bermain gadget dan creative time seperti membaca buku, bermain musik dan lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Myra, ibu dari Sashi (10 tahun).

Myra meminta anaknya menggunakan gadget untuk mengasah bakatnya juga.  Anaknya suka bercerita tetapi sama dengan anak-anak yang lain, sejak pandemi, Sashi lebih senang main online game.  Alhasil, Myra tak melarang Sashi bermain game tetapi ia meminta Sashi untuk mempresentasikan apa yang Sashi mainkan harin itu.

Setiap habis Sashi selesai bermain online, Sashi harus membuat sebuah presentasi menggunakan sebuah karton atau kertas dan menceritakan kepada ibunya tentang permainan hari itu. Kalau tidak presentasi, ya tentunya Sashi tidak diperbolehkan main online game kesukaannya keesokan harinya.

Pada dasarnya anak-anak senang dengan berbagai kegiatan apalagi dengan kegiatan baru dan seru.  Bermain gadget adalah hal yang menyenangkan bagi mereka dan kita bisa membuat bermain gagdet lebih menyenangkan dan bermanfaat. Tak hanya sekedar bermain online atau menonton TV.  Boleh bermain dengan gadget namun harus kita imbangi dengan kegiatan lain.

Peran kita sebagai orang tua sangat penting untuk terus menemukan dan mengasah bakat dan minat anak kita, kita gunakan akses gadget sebagai alat bantunya. Kita tak bisa melarang sepenuhnya akan penggunaan gadget karena sudah menjadi bagian dari kultur kita sehari-hari.  Maka dari itu kita harus bisa mengimbanginya dan mengajari anak kita supaya lebih bijaksana dalam penggunaannya.

Tentunya sebagai orang tua pun kita harus memberi contoh yang baik kepada anak kita.  Kita juga harus disiplin dan tahu kapan kita menggunakan gadget kita di saat-saat tertentu, apalagi kalau sedang menghabiskan waktu bersama keluarga.  Pastikan kita dan anak-anak sama-sama tidak berlebihan menggunakan akses gadget. 

Semoga bermanfaat ya! (karinka ngabito)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun