Mohon tunggu...
Sitirahma Desmarleni
Sitirahma Desmarleni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

http://about.me/sitirahma.desmarleni

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

hear me, hear us

24 Mei 2010   14:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beri aku 5 pemuda maka aku akan merubah dunia - Ir. Soekarno. Saya lupa bagaimana pastinya kutipan dari Ir. Soekarno pada waktu itu. Namun satu hal yang saya ingat tentang kutipan itu adalah bagaimana Pemuda bisa merubah Indonesia bahkan Dunia. Tengoklah Sumpah Pemuda yang berhasil mempersatukan Pemuda Pemudi dari seluruh penjuru Indonesia yang merupakan titik awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara terpadu. Belajar dari pengalaman lalu, dewasa ini pun mulai berkembang Gerakan gerakan kepemudaan, komunitas kepemudaan, kongres dan forum kepemudaan dan segala unsur yang berbau kepemudaan. Tak bisa dipungkiri, semangat dan integritas para pemuda menjadi salah satu keunggulan di samping idealisme dan kreativitas yang kami (pemuda) miliki. Tengoklah Global Changemaker sebagai salah satu gerakan mendunia menuju perubahan dengan Pemuda sebagai agennya. Di Indonesia sendiri, telah banyak sosok anak muda yang dapat menginspirasi dan menjadi role model bagi kaum muda lainnya.Yaa pemuda bagai 2 sisi mata uang yang bertolak belakang. Dengan gerakannya, pemuda dapat membangun bangsa, tetapi dilain pihak dengan perilakunya pemuda dapat mengahncurkan suatu bangsa. Perilaku perusak moral bangsa yang paling disoroti saat ini adalah perilaku seks menyimpang, seks bebas, angka penularan infeksi seksual dan HIV AIDS yang tinggi. Yang dimana remaja menjadi objek permasalahan didalamnya.

Saya pernah mengikuti workshop pengembangan program dari salah satu Institusi Pemerintah yang juga berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi. Dalam workshop itu, Ibu Pembicara itu secara gamblang membeberkan kenakalan dan perilaku menyimpang remaja yang memang memiliki keterkaitan akan tema workshopnya. Sebagai anak muda yang hadir saat itu, saya tak keberatan karna itulah fakta yang terjadi. Akan tetapi saya menentang keras ketika remaja disudutkan sebagai perusak moral bangsa atas periaku menyimpangnya. Mungkin Ibu psikolog terkenal itu lupa siapa pemuda dalam hal ini remaja. Beliau juga lupa apa kekuatan dibalik umur mereka yang masih muda. Remaja adalah 2 sisi mata uang yang bertolak belakang. Bukanlah perbedaan dari 2 sisi mata uang itu yang harus diperdebatkan, bukan pula menyudutkan salah satunya. Tapi bagaimana menyelaraskan 2 sisi yang bertolak belakang itu. Bagaimana kita dapat memaksimalkan peran dan sisi positif dari anak muda serta meminimalkan sisi sebaliknya. Ketika hak remaja belum terpenuhi seutuhnya, logiskah remaja yang dipersalahkan sebagai aktor utama perilaku seks bebas, KTD, penularan IMS dan HIV AIDS.?

Pendidikan Kesehatan Reproduksi adalah salah satu hak remaja yang hingga detik ini masih diperjuangkan. Bersyukur saat ini telah banyak pihak baik pemerintah dan swasta yang concern terhadap masalah ini. Tak perlu ada kata tabu untuk berbicara mengenai kesehatan reproduksi dan HIV AIDS. Tabu akan lebih baik ketimbang remaja harus mencari sendiri informasi seputar seks dari berbagai sumber yang tak dapat dipertanggung jawabkan. Siapa yang peduli saat remaja mengakses informasi salah dan mencoba hal hal baru yang didapatkannya ntah dari sumber mana. Tekanan media dan jaringan komunikasi menuntut kami para remaja perlu akan pendidikan itu. Pemuda juga dapat menjadi agen Kespro, agen perubahan menjadi lebih baik. Pemuda dapat berperan sebagai pendidik bagi teman sebaya bagi sebagian pemuda lainnya. Senantiasa memberikan informasi dan pendidikan yang benar, jelas dan youth friendly. Sayapun berharap suatu saat pendidikan kesehatan reproduksi dapat disampaikan secara bijak kepada remaja serta menjadi integritas dengan mata pelajaran sekolah lainnya.

Masalah lain yakni minimnya keterlibatan pemuda. Sudah saatnya pemerintah mendengarkan suara kami, libatkan pemuda dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut dan berdampak pada kehidupan kami sebagai anak muda. Hendaknya pemerintah tak hanya menjadikan pemuda sebagai objek dan tujuan dari program pemerintah, tapi berikan juga kami kesempatan. Beri kami akses, pemuda sepatutnya berperan menjadi subjek perubahan, perencanaan, pengelolaan serta monitoring bagi program pemuda itu sendiri. Saya terus berharap, apa yang menjadi langkah kecil saya saat ini dan perjuangan teman-teman saya dalam mengadvokasi hak hak remaja ini suatu saat akan berbuah manis.

Percayalah, Indonesia tak kan menjadi suatu Bangsa tanpa Pemudanya.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun