Kapitalisme juga menjadikan penguasa berbelok peran yang seharusnya sebagai pengurus urusan umat berubah menjadi pengurus atau fasilitator bagi para pemilik modal (kapital). Akhirnya kepemimpinan dan kepengurusan penguasa terhadap umat ditimpa perselingkuhan ke para kapital. Penguasa berupaya menyelesaikan pandemi namun tetap melayani hajat para kapital. Misalnya melarang mudik tapi membuka sektor wisata. Warga tidak boleh mudik, tapi WNA boleh masuk Indonesia.
Acara hajatan seorang ulama di perkara sementara acara pernikahan youtuber direstui. penguasa seolah tidak fokus persoalan mana yang hendak dibenahi. Apakah menyelesaikan pandemi ataukah perbaikan ekonomi. Lantas berjalanlah keduanya bersamaan dengan kondisi jatuh bangun.
Berkali-kali kita menyaksikan betapa sistem kapitalisme kewalahan bahkan tak mampu menyelesaikan pandemi. Berbeda dengan Islam yang telah berpengalaman menyelesaikan pandemi. Islam memiliki daya cegah yang tinggi terhadap potensi rapuhnya ekonomi yang bermula dari penegakan syariat syariat Islam secara sempurna dan bersistem. Lalu terbentuk corak masyarakat yang memiliki perasaan dan pemikiran yang satu yakni Islam. Hal yang perlu diketahui sebelumnya bahwa Islam tidak pernah meridhoi pemisahan agama dan kehidupan dunia. Agama (islam) justru yang menjadi aturan dan standar hukum semua bidang.
Artinya akan ada suasana takwa yang sangat kuat. Masyarakat bersistem Islam inilah modal untuk menciptakan penguasa yang amanah dan bersungguh-sungguh menjaga keselamatan nyawa, harta dan kehormatan rakyatnya. Dia akan mendengarkan arahan para ahli tanpa ada timbangan manfaat secara materi. Sebab setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas jabatannya di hadapan Allah kelak.
Mewujudkan kondisi tersebut butuh kesadaran dan kesepakatan bersama bahwa Islam adalah ideologi yang mampu menjadi problem solving untuk umat.
Ideologi islam beisikkan aturan-aturan kehidupan yang bersumber dari Tuhannya manusia, penciptanya manusia. Tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi yang beriman, penyelamat bagi siapapun.
Berkali-kali kapitalisme gagal, berkali-kali pula Allah memberikan pelajaran bahwa aturan manusia sangat lemah. Karunia akal yang kita miliki hendaknya menjadikan kita mau berfikir cemerlang dengan hati yang jujur bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa.
Tiada hukum selain hukumNya. Jangan sampai kita menjadi kaum tersesat karena enggan mengambil pelajaran dari peristiwa.
"(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran." (Qs. Ibrahim: 59). (*)
*tulisan ini telah ditayangkan di Halo kaltim 10 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H