Mohon tunggu...
Coretan Dewi Murni
Coretan Dewi Murni Mohon Tunggu... Guru - Dakwah bil hikmah

Negeri berkah dengan syariah dan khilafah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Covid-19 India Pecah Rekor, Indonesia Segera Ambil Pelajaran

2 Juni 2021   16:07 Diperbarui: 2 Juni 2021   16:11 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SIAPA sangka virus Corona yang awalnya sempat diremehkan justru jadi monster besar yang membekukan aktifitas dunia. Meski banyak hikmah yang bisa dipetik darinya, keberadaannya tetap harus dimusnakan. Kita tidak boleh lengah, sekalipun, alhamdulillah, dalam dua bulan terakhir ini kasus harian covid-19 di Indonesia menurun. Protokol kesehatan masih dibutuhkan penerapannya agar jumlah yang sudah menurun tidak bangkit kembali.

Lihatlah India yang saat ini dihantam tsunami covid, atau WHO menyebutnya badai sempurna. Dilansir dari Kompas.com (28/4/2021) di katakan pada Minggu (25/4/2021), India melaporkan 352.991 kasus Covid-19 terbaru, jumlah kasus virus corona terbanyak dalam sehari dari seluruh negara di dunia. Sehari setelahnya, pada Senin (26/4/2021), India kembali melaporkan 323.000 kasus Covid-19 dan 2.771 kematian dalam sehari, tanpa tanda-tanda melambat.

Sementara dari konta.co.id (27/4/2021) menyebutkan, data Kementerian Kesehatan menunjukkan, India, dengan populasi 1,3 miliar, memiliki penghitungan resmi 17,31 juta infeksi dengan 195.123 kematian, setelah terjadi 2.812 kematian dalam semalam. Meski demikian, para ahli kesehatan mengatakan angka tersebut mungkin lebih tinggi.

Secara teknik pengendalian wabah India justru lebih baik dari Indonesia. India sempat berhasil melakukan jumlah tes, penelusuran kontak, juga isolasi yang masif dan signifikan. Tidak berhenti di situ. Statistik capaian vaksinasi pun cukup tinggi dan tercatat sebagai salah satu produsen vaksin dengan skala besar. Pengontrolan kasus sempat berjalan apik. Buktinya, penambahan kasus harian tidak sampai 10 ribu kasus hingga positivity rate alias rasio positif harian di kisaran 7-10 persen (CNN Indonesia, 27/4/2021).

Sayangnya prestasi itu diiringi sikap abai masyarakat India terhadap protokol kesehatan. Mereka nekat menggelar ritual keagamaan, kampanye politik dan aktivitas lainnya tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin Indonesia berpotensi mengalami hal serupa, mengingat teknik pengendalian pandemi Covid-19 pemerintah India lebih baik dibanding Indonesia. Ditambah dengan adanya kemiripan dari segi jumlah penduduk, prilaku masyarakat dan tingginya mobilitas.

Mengutip dari halaman CNN Indonesia, 27/4/2021, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (26/4) menyatakan kekhawatirannya dan berkata, "Untuk penanganan Covid-19 India lebih baik dari Indonesia. Karena kita [Indonesia] sangat lemah di testing dan tracing, kita juga tidak punya vaksin andalan, ditambah kebijakan yang tidak cukup kuat. Maka, kombinasi itu bisa jadi badai Covid-19 luar biasa di Indonesia, bisa lebih parah mungkin dari India,"

Tsunami covid-19 yang menghantam India adalah pelajaran besar untuk kita, untuk dunia, agar jangan sekali-kali lengah apalagi meremehkan protokol kesehatan. Virus itu memang kecil namun bukan berarti kita abai. Ingatlah setiap kita bertanggung jawab menjaga keselamatan diri dan orang lain. Apalagi bagi seorang muslim Islam mendudukkan satu nyawa manusia lebih berharga dari dunia dan seisinya.

Niatkanlah setiap langkah praktis kita menjalankan protokol kesehatan adalah bentuk ibadah kepada Allah, Sang Maha Kuasa. Insyaallah sekecil apapun perbuatan kita untuk saling menjaga dari wabah penyakit ini akan menuai ridhonya dan membawa kepulihan dunia atas kehendakNya.
Menghadapi pandemi ini kita butuh iman yang mendarah daging secara berjamaah. Umat dan pemerintah saling menjadi support sistem dalam meniti jalan keselamatan. Ikhlas dan sabar sama-sama ditekuni, protol kesehatan selalu dijalankan karena Allah, sekalipun tiada petugas. Meskipun begitu petugas dan sanksi tetap dibutuhkan sebagai kontrol masyarakat.

Pemerintah atau penguasa yang memiliki peran sebagai tameng (junnah) tempat umat berlindung wajib menjadikan tragedi tsunami covid-19 di India sebagai bahan evaluasi kebijakan nya. Membuang sikap plin-plan dan kebijakan kontradiktif dalam menghadapi pandemi. Dimana semua itu telah menuai kebingungan, kebosanan sekaligus kekecewaan umat.

Dampaknya ketidakpercayaan umat terhadap penguasa atas kemampuannya menghadapi pandemi satu-persatu hilang. Ketika ketidakpercayaan itu terputus maka hilanglah bentuk ketaatan umat kepada pemimpin. Kemudian rusaklah negara itu karena sejatinya kekuasaan ada ditangan umat.

Dunia global termasuk Indonesia menjadikan ideologi kapitalis sekuler sebagai cara pandang kehidupan. Sehingga segala sesuatu harus memisahkan agama dan dunia. Kapitalisme tegak di asas manfaat yang berstandarkan materi. Walhasil kebijakan demi kebijakan jauh dari ruh Islam dan tidak komprehensif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun