Saat engkau mulai berarti, aku selalu takut menyakiti.Â
Bukan apa-apa, memilikimu adalah anugerah, menjagamu adalah ibadah dan, balasannya Jannah.
Saat engkau mulai berarti, aku selalu takut kau pergi. Apalagi, tanpa ada kesempatan untuk kembali lagi.Â
Bukan apa-apa, tapi sejak bersamamu aku selalu malu bermaksiat.
Saat engkau mulai berarti, aku selalu takut menyia-nyiakan, apalagi mengingkari janji yang telah kita sepakati.Â
Bukan apa-apa, bagiku mudah mencarimu tapi tidak untuk memilikimu.
Saat engkau mulai berarti, perubahan itu sering terjadi.Â
Mulai dari berpakaian, berbicara, bermuamalah, hingga menanti dia sang pengisi hati. Selalu tak lepas dari tuntunan islam ideologi.Â
Saat engkau mulai berarti, kecintaanku pada duniawi perlahan mati.Â
Sebab tak ada yang kucicipi darimu selain ketaatan pada Ilahi.
Saat engkau mulai berarti, perpisahan adalah hal yang kubenci.Â
Bagaimana tidak, bila bukan kau siapa lagi yang mengingati dikala lalai.Â
Siapa lagi yang menyemangati dikala futur.Â
Dan, siapa lagi yang mencariku disyurga dikala aku tejatuh diliang neraka yang dimurkai.Â
Saat engkau mulai berarti...
Balikpapan, sejak 2017 hingga nanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H