Bawang putih merupakan salah satu bumbu dapur yang sangat dibutuhkan. Rasanya yang gurih dan wangi menjadikannya hampir tidak pernah lepas di setiap hidangan kuliner Indonesia. Selain itu bawang putih kaya antioksidan yang baik untuk kesehatan.Â
Begitupula cabai yang begitu diminati karena sensai pedasnya yang menantang lidah. Seolah-olah makan tanpa sambal itu hambar.Â
Namun, kini masyarakat Indonesia khususnya Kalimantan Timur (Kaltim) harus tabah menerima kenaikan harga komoditi tersebut yang fantastis. Terhitung sejak awal pekan Februari harga bawang putih menyentuh harga hingga 90.000 rupiah perkilogramnya. Imbasnya masyarakat mengeluh baik itu konsumen maupun penjual.
Sebagaimana yang diberitakan oleh Tribunkaltim.co pada 10 Februari lalu bahwa TPID dan Satgas Pangan menggelar sidak di Pasar dan menemukan harga bawang putih sudah mencapai Rp 60.000/Kg.Â
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Paser, Satgas Pangan dan Kancapem Bulog Tanah Grogot, Senin (10/2/2020), menggelar sidak terkait gejolak harga sejumlah komoditas pangan. Seperti bawang putih, gula pasir dan minyak goreng (migor). Dan, 13 Februari lalu bahwa Harga bawang putih di Kota Balikpapan sempat meroket hingga Rp 90.000 per kilogram, hal ini karena dampak virus Corona yang terjadi di China.
Menyikapi harga yang sering naik Walikota Balikpapan Rizal Effendi meminta warga untuk mengurangi konsumsi bawang dan cabai. Menurutnya, hal tersebut merupakan dampak pengaruh dari berkurangnya impor barang utamanya bawang putih yang 70 persennya berasal dari China (kaltim.tribunnews.com, 12/02/2020).
Selain karena virus Corona, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengaku heran dengan kenaikan harga secara tiba-tiba. Sebab, berdasarkan data yang dimiliki Kementan hingga saat ini masih terdapat pasokan bawang putih di Indonesia sebanyak 120 ribu ton. Kemudian, pada Maret-April akan terjadi panen dalam negeri sekitar 30 ribu ton (18/02/2020).Â
Hal tersebut sejalan dengan adanya Tim Satgas Pangan yang melakukan inspeksi mendadak (sidak), pada Rabu (12/2/2020), menemukan penimbunan 150 ton bawang putih di sebuah gudang importir di Karawang Timur. Padahal sudah harus didistribusikan sejak November 2019.
Baru-baru ini juga terungkap adanya kasus suap impor bawang putih yang menyeret nama Mantan anggota DPR I Nyoman Dhamantra. Dhamantra didakwa menerima suap sebesar Rp 3,5 miliar dari Direktur PT Cahaya Sakti Agro (CSA) Chandry Suanda alias Afung. Nyoman didakwa itu bersama dengan Mirawati dan Elviyanto terkait kuota impor bawang putih (7/01/2020).
Dari sini terlihat betapa nasib kebutuhan pangan rakyat tergadaikan oleh kepentingan para elit penguasa maupun pengusaha. Hajat hidup rakyat yang seharusnya dilayani sebaik mungkin justru dipermainkan pada arena bisnis. Penimbunan dan korupsi kerap kali terjadi. Akibatnya, lagi lagi rakyat jadi korban.Â
Mirisnya sanksi yang diberikan negara tidak membuat jera terbukti kasus serupa terulang-ulang. Begitu pula penguasa yang abai dan minim perhatian terhadap kesejahteraan petani guna mewujudkan kedaulatan pangan dan negeri yang mandiri.