Mohon tunggu...
Coretan Dewi Murni
Coretan Dewi Murni Mohon Tunggu... Guru - Dakwah bil hikmah

Negeri berkah dengan syariah dan khilafah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahaya Liberalisme di Balik Valentine Day

14 Februari 2020   19:44 Diperbarui: 14 Februari 2020   19:48 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

14 Februari adalah hari yang disebut-sebut sebagai Hari Kasih Sayang se-dunia. Valentine's Day, begitu dunia menyebutnya. Sebuah hari yang diakui sebagai puncaknya pembuktian kasih sayang khususnya bagi kaum muda-mudi, sepasang kekasih yang sebenarnya belum halal. Biasa disimbolkan dengan pemberian cokelat, bunga hingga keperawanan. Wajar bila akhirnya setiap menjelang 14 Februari penjualan produk-produk tersebut meningkat. 

Selain momentum tahun baru, Hari Kasih Sayang atau yang biasa dikenal dengan nama Valentine Day juga menjadi keuntungan tersendiri bagi lapak penjual kebutuhan seks di Jalan Pasar Kembang Surabaya.

Pasalnya, sejak dua hari lalu sebelum Valentine, dagangan mereka seperti kondom dan obat kuat laris terjual. Bukan hanya dua barang itu saja, tisu sakti (penguat kelamin) juga menjadi pilihan bagi para pembeli.

"Tisu sakti, terus kondom, sama obat kuat itu yang laku, Mas. Lakunya bisa empat kali lipat dari hari-hari biasa," kata salah satu penjual bernama Yusuf, Kamis (14/2) malam.

Pada hari biasanya, Yusuf mengaku hanya bisa menjual kondom sekitar 20 sampai 25 buah per hari. Namun di momen Valentine seperti ini, minimal 50 buah kondom laku terjual (http://www.realita.co 14/2/19).

Aparat Polres Jombang menggelandang enam pasangan kumpul kebo untuk didata, saat malam menjelang perayaan Hari Valentine, Rabu (13/2) malam.

Mereka tertangkap saat berduaan di kamar hotel kelas melati di kawasan Kecamatan Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, guna merayakan malam Valentine Day (www.suara.com 14/2/19). 

Astaghfirullahal adziim. Betapa mirisnya ketika valentine'day (V-day) yang sebut-sebut sebagai hari kasih sayang justru berisi ajang maksiat dan pembuktian cinta yang berujung perzinahan. Cinta dan sayang dijadikan topeng membenarkan aktivitas pacaran, khalwat, hingga seks bebas. Pada akhirnya kasih sayang dalam V-day hanya bualan semata. Dusta! Sangat jauh dari makna kasih sayang yang hakiki.

Sesungguhnya V-day bukanlah budaya Islam. Sebaliknya, ia berasal dari budaya orang kafir. Yakni perayaan Lupercalia, yaitu rangkaian upacara pensucian masa Romawi Kuno, pada masa itu --14 Februari-- para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi "pasangannya" selama setahun untuk senang-senang dan objek hiburan. (The World Book Encyclopedia: 1998).

Sebenarnya banyak versi terkait sejarah V-day, namun tetap saja semua sajarah kompak menunjukan eksistensi V-day berasal dari Barat dan kental penyaluran syahwat lewat perzinahan. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim haram merayakan V-day. Rasulullah bersabda, "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut," (HR At-Tirmizi). 

Di samping itu, perayaan V-day yang selalu dikampanyekan tiap tahun merupakan taktik Barat untuk semakin mengaruskan paham liberalisme ke umat Islam khususnya generasi muda. Sehingga para generasi lalai dengan jati dirinya sebagai seorang muslim dan calon pemimpin masa depan. Paham kebebasan dikemas dengan sangat cantik bahkan ngetren di tengah-tengah pemuda sehingga mereka tertarik, padahal sejatinya itu semua adalah jebakan mematikan.
 Jebakan yang berdampak pada rusaknya moral bangsa dan hinanya peradaban. Tentu saja, hancurnya generasi muslim adalah cita-cita orang kafir. Sebab dengan begitu kebangkitan Islam akan begitu jauh dari harapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun