Sungguh luar biasa pesona dan power dari ketakwaan. Bila ia telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka 'penyakit' kehidupan apapun akan selalu ia lawan dengan kekuatan laahaula wala quwwata illa billah. Tentu kita tau kebanyakan mereka yang mengkonsumsi narkoba karena dilanda derita hidup yang begitu berat.
Lebih berat dari rindunya si Dilan. Depresi, stres, tidak punya tujuan hidup, dan lainnya membuat naluri mereka secara otomatis mencari tempat pelarian. Karena tidak dibimbing oleh ketakwaan maka pelarian itu akhirnya terdampar pada lembah narkoba. Nah, di sinilah kita bisa menyimpulkan betapa pentingnya nilai takwa.
Masalahnya, siapakah yang bertugas mencetak insan berjiwa takwa? Tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga, masyarakat dan negara. Orang tua sebagai sekolah pertama dan utama dalam membentuk kepribadian sang anak hingga ia tumbuh dewasa. Orang tualah yang paling menentukan hal seperti apa yang akan di dengar, di lihat dan di rasa oleh sang anak. Kemudian masyarakat yang berperan dalam kontrol sosial. Manusia tumbuh dan berkembang tidak lepas dari pengaruh lingkungan masyarakatnya.
Sehingga perlu seluruh elemen masyarakat bersinergi atau berkomitmen untuk saling menciptakan suasana keimanan. Terakhir negara yang memiliki peran paling efektif membina rakyatnya secara menyeluruh lewat sistem pendidikan yang berbasis aqidah islamiyyah.
Kedua; menegakkan sistem hukum pidana islam dan konsisten menerapkannya. Kita tidak bisa mengelak bahwasanya manusia memiliki hawa nafsu. Keimanan  seseorangpun seringkali naik turun, menguat dan melemah. Sehingga masih ada peluang baginya untuk berbuat maksiat, melakukan hal yang di haramkan Allah. Oleh karena itu, islam menyiapkan hukuman bagi mereka yang nekat melanggar aturanNya. Pengguna narkoba dapat dihukumi penjara hingga 15 tahun lamanya atau denda yang jumlahnya tidak main-main berdasarkan penetapan qadhi (hakim).
Bahkan bagi yang mengedarkan dan memperoduksinya bisa di hukum mati berdasarkan keputusan qadhi. Memang secara kasat mata hukuman tersebut terlihat kejam. Â Tapi, tahukah kita bahwa hukuman tersebut berfungsi sebagai penebus dosa dan membuat jera bagi dirinya dan pelajaran bagi yang lain.
Ketiga; merekrut aparat penegak hukum yang bertakwa. Mereka adalah pihak-pihak yang berwenang menegakkan hukum islam. Mereka tidak akan mudah dihasut apalagi disuap untuk memuluskan rencana para pencinta narkoba. Mereka juga tegas terhadap hukum-hukum Allah. Bila haram mereka akan katakan haram, terlarang. Bila halal mereka akan katakan halal, boleh. Sebab mereka paham bahwa jabatan adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat kelak.
Karena fungsinya menegakkan hukum islam maka dibutuh sistem yang mendukung. Antara penegak hukum dengan sistem hukum sudah menjadi satu paket yang tidak bisa dipisahkan dalam islam. Misalkan ketika ingin mewujudkan perubahan hakiki, tidak cukup dengan dipimpin oleh pemimpin yang bertakwa saja, melainkan harus diikuti dengan sistem berjiwa takwa pula. Jadi disamping wajibnya merekrut mereka, wajib pula mengadakan sistem kehidupan islami disegala bidang.
Perlu kita pahami bahwa masalah narkoba ini bukan hanya soal individunya yang tak bertakwa, namun juga soal kualitas lingkungan. Tingginya kasus narkoba ini bukan semata-mata karena individunya yang kurang bertakwa. Justru masalah mendasarnya karena sistem sekuler yang diterapkan saat ini. Karena faktor ekonomi yang mencekik. Faktor sosial yang individualis, liberal dan hedonis. Faktor pendidikan yang kering akan penyiraman aqidah islam, dan lainnya.
Artinya, dalam islam tidak hanya orangnya saja yang diperbaiki namun sistempun juga harus diperbaiki secara total dan menyeluruh agar hanya berstandar pada islam.
Demikianlah gambaran secara umum bagaimana islam mengentaskan narkoba. Kertas ini masih tergolong sempit untuk menggambarkan serinci-rincinya pesona islam dalam menyelesaikan probematika umat. Perlu adanya upaya mengkaji islam secara intensif untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan sempurna. Yuk ngaji!