Beberapa waktu yang lalu, Indonesia berduka atas banyaknya bencana alam yang terjadi di beberapa daerah, mulai dari gunung meletus, angin siklon tropis, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain. Semoga kondisi bisa kembali normal seperti sedia kala. Teruntuk korban yang kehilangan sanak saudaranya semoga diberikan kesabaran dan ketabahan.Â
Saya teringat sebuah pengalaman unik tahun lalu, ketika baru sekitar satu bulan berada di Jepang. Saat itu, saya dan rekan-rekan mahasiswa lain sedang menyimak perkuliahan. Tak disangka-sangka, telepon seluler (ponsel) saya berbunyi sangat keras. Tentu saja saya kaget dan mengira itu adalah bunyi dering telepon. Ternyata tidak hanya ponsel saya yang berbunyi. Mahasiswa lain pun mengalami hal yang sama. Memang ada keterangan di layar ponsel saya, namun saya belum bisa membacanya karena tertulis dalam bahasa Jepang.Â
Bunyi keras dan notifikasi peringatan yang saya terima ternyata adalah sistem yang disebut J-Alert atau yang di dalam bahasa Jepang dikenal dengan Zenkoku Shunji Keih Shisutemu. J-Alert adalah sistem peringatan dini yang bertujuan untuk menginformasikan secara cepat kepada publik terkait berbagai macam ancaman, termasuk di dalamnya bencana alam.
Jepang adalah negara yang sudah terbiasa dengan datangnya bencana alam. Hal ini menjadikan pemerintah menaruh perhatian besar terhadap upaya-upaya mitigasi bencana alam.
Untuk pra bencana alam, pemerintah memberikan sosialisasi anti bencana, simulasi dan latihan ketika bencana alam terjadi, pemantauan aktivitas potensi-potensi sumber bencana, juga adanya standar-standar yang harus dipatuhi ketika mendirikan bangunan. Terkhusus untuk penduduk warga asing, pemerintah bahkan menyiapkan buku panduan berbahasa non-Jepang, misal Bahasa Indonesia. Tentunya ini sangat membantu, karena banyak warga asing yang tidak bisa membaca tulisan berbahasa Jepang.
Begitu siapnya Jepang menghadapi ganasnya bencana alam ternyata juga tidak bisa secara sepenuhnya memitigasi dampak bencana. Tahun 1995, terjadi gempa besar di daerah Kobe dan sekitarnya yang telah menelan lebih dari 6.000 korban jiwa. Sejumlah 80% korban tewas karena tertindih reruntuhan bangunan. Belum lepas dari ingatan kita, gempa besar yang menghantam wilayah Tohoku pada tahun 2011. Gempa ini juga menghasilkan gelombang tsunami setinggi >40 meter. Bencana ini telah merenggut 22.000 korban yang dilaporkan tewas atau hilang.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI