Mohon tunggu...
Baihaqi
Baihaqi Mohon Tunggu... Petani - Blogger

Seorang blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Air Bukan Warisan tapi Amanah Anak Cucu

30 April 2015   13:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:31 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_363639" align="aligncenter" width="300" caption="Air dalam Bak Mandi (Dok. Pribadi)"][/caption]

Air, semua orang tau bahkan setiap harinya kita selalu bersentuhan langsung dengan air. Dalam tubuh kita saja sekitar 2/3 atau sekitar 60% – 70% dari berat badan mengandung air. "Air adalah sumber kehidupan" merupakan ungkapan yang sering kita dengar dan ini mengisyaratkanbahwa betapa pentingnya air. Bukan hanya untuk dikonsumsi, tapi dalam berbagai aktivitas rumah tangga dan bahkan industri juga membutuhkan air.

Semua kita sadar, air bersih adalah satu unsur yang tak kalah pentingnya seperti udara. Kita bisa saja tidak makan 2 atau 3 hari, namun bisa dibayangkan kalau sehari saja tidak minum tentu kita akan "kolaps". Diakui ataupun tidak, jarang sekali dari kita yang berfikir melestarikan air merupakan wujud untuk menjaga kelangsungan hidup seluruh mahkluk hidup. Apalagi berbuat secara nyata untuk generasi selanjutnya. Air bukankah warisan nenek moyang akan tetapi air adalah amanah dari anak cucu kita.

Potensi air bawah tanah di Kota Malang, Jawa Timur, semakin menipis (Kompas.com, 17 Maret 2011) merupakan bukti nyata bahwa air memang saat ini sudah mulai menipis. Menurut Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan, ketersediaan air bersih yang benar-benar layak untuk dikonsumsi masyarakat, diperkirakan cadangannya hanya tersisa tinggal 18 persen dari total keseluruhan persediaan (Kompas.com, 03 Maret 2015).

Beberapa fakta ini menunjukkan bahwa krisis air mulai terjadi dan kita sendiri secara tidak sadar telah menjadi pelaku, semisal memfoya-foyakan air ketika mandi dan mencuci. Bagi kita mungkin mudah saja menghidupkan kran air tanpa mempedulikan tempat penampungannya penuh hingga meluber, mandi suka-suka tanpa menghiraukan air mengalir sia-sia tanpa sedikitpun merasa berdosa. Namun taukah, diluar sana, setetes air dapat menyambung hidup bagi mereka yang kesulitan air.

Lestarikan Air
Sebenarnya banyak cara yang kita tempuh untuk memulai melestarikan air. Namun yang terpenting adalah memulai dari diri sendiri dan selanjutnya berjenjang sampaikan kepada lingkungan keluarga dan masyarakat. Hemat penggunaan air, mengelola sampah dengan tepat, membersihkan saluran sanitasi air merupakan serangkaian usaha-usaha yang bisa kita lakukan untuk melestarikan air.

Kalau kita tidak memulainya, tentu suatu saat air bersih akan menjadi barang langka. Meskipun bukan kita yang merasakan, namun anak cucu kita pasti akan kesulitan menghadapi kondisi ini. Tentunya kita tidak ingin, akibat 'kesarakahan' kita yang secara tidak sadar akan ditanggung bebannya oleh generasi penerus bangsa nantinya. Semoga!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun