Mohon tunggu...
Catatan Yoan
Catatan Yoan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Datang di Negeri Kambing Domba

14 Januari 2016   07:24 Diperbarui: 14 Januari 2016   07:47 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah liat meme yang gambarnya pejabat dari 3 negara yang ketahuan korupsi. Yang pertama, pejabar dari Jepang, ybs ketahuan korupsi lalu harakiri (bunuh diri ala Samurai Jepang). Yang kedua, pejabat dari Korea Selatan, ybs ketahuan korupsi lalu mengundurkan diri dengan malu sampai nunduk-nunduk. Dan yang ketiga, pejabat dari Ind*****@ ketahuan korupsi malah sibuk bilang dizolimi, menyalahkan orang lain, dan terkadang masih bisa terus menjabat. Luar Biasa!!

 

Bikin hati kita jadi kesal, dongkol, dan tidak nafsu makan saja kalau melihat pejabat model-model begini, yang ketahuan korupsi tapi masih asik teriak-teriak dizolimi, dijebak, dipaksa, dsb. Orang-orang seperti ini lebih baik tinggal di rumah saja, tidak usah bekerja, tidak usah sok-sok mengabdi, tidak usah membela diri, tidak usah menyusahkan dan merugikan orang lain. Bukannya malu, minta maaf, mengundurkan diri, bahkan kalau perlu menyerahkan diri, malah dengan lantang dan berani berkoar-koar membela diri, menyalahkan orang lain, 'menantang' bila ketahuan rela digantung di pohon cabe. Malahan lebih sibuk lagi mencari-cari kambing hitam atas kasus-kasus yang menimpa dirinya, padahal cara paling cepat cari kambing hitam ya ke pasar hewan saja ya. hehehe..

 

Menariknya pola-pola mencari kambing hitam ini sepertinya sudah di'doktrin' sejak masih kecil. Lihat saja kalau ada anak kecil lari-lari, karena cepat-cepat dan tidak hati-hati akhirnya si anak kecil jatuh terjerembab, siapa yang salah? Kalau dalam konteks ini, orang tua yang melihat anaknya jatuh dan menangis segera datang dan pukul-pukul jalannya, "Jalannya nakal ya dek, dipukul ya jalannya, nakal ya sampe bikin adik jatuh." Kalau jalan itu bisa ngomong, mungkin dia juga akan ikut-ikut menangis sambil ngomong, "Salah saya apa bu? Saya cuma diam-diam aja, bergerak pun saya tidak bisa, ampun bu ampun." Akhirnya si anak diam dari tangisnya, kembali ceria, berlari-lari, dan jatuh kembali, tapi sebelum si orang tua datang, si anak sekarang sudah bisa 'membela' dirinya sendiri, "Dasar jalanan nakal, seneng ya bikin aku jatuh terus, gak kapok ya udah dipukul tadi." Yang larinya gak bener siapa, yang disalahin siapa. Dari kecil sudah diajarkan mencari kambing hitam, dibanding harus mengevaluasi diri dan belajar dari kesalahan supaya lebih berhati-hati dan tidak jatuh kembali ke dalam lobang yang sama. Tidak heran kalau sudah besar tidak berani bertanggung jawab, tidak mencari solusi, malah sibuk menyalahkan atau mencari siapa yang lemah yang bisa disalahkan.

 

Balik lagi ke para pejabat-pejabat korup ini, lucu nya kalau sampai mereka atau kroninya ditangkap dan dihukum, masa hukumannya bisa dihitung pakai jari itu pun masih ada yang banding, bahkan yang beruntung lagi kalau bisa bebas karena 'tidak terbukti'. Kalau maling ayam, maling kayu, maling sendal, maling jemuran bisa dihajar babak belur oleh warga, dihukum 1, 2, 3, atau 4 tahun penjara. Apa kabarnya maling uang negara, uang rakyat, uang perusahaan sampai miliaran rupiah, dihukumnya ternyata gak beda jauh-jauh banget sama maling-maling yang sebelumnya (Dihukum penjara seumur hidup dan tidak boleh dapat grasi, biar kapok). Tanpa bermaksud membela mereka yang maling ayam, maling kayu, maling sendal, maling jemuran, mungkin saja mereka seperti itu karena tuntutan perut-perut kelaparan, sanak saudara yang sakit, anak yang mau sekolah. Tindakan mereka memang tidak bisa dibenarkan, dihukum juga perlu, dicarikan solusi lapangan kerja lebih perlu lagi

Mereka yang korup, motivasinya beda. Mereka korup karena mereka tamak, mau jadi lebih kaya, mau bisa hidup mewah, dengan cara mudah, singkat, dan praktis yaitu memilih untuk menjadi maling. Sudah terbukti bersalah stop cari kambing hitam, ayo bertobat, bertanggung jawab, introspeksi diri, minta maaf, kembalikan semua uang yang dikorup sama bunga-bunganya, mengundurkan diri dari jabatan, menyerahkan diri ke polisi, dan jadilah whistle blower (jadi bisa lebih banyak lagi yang bisa bertobat). Untuk kita daripada kesal hati dan menggerutu, sejauh jangkauan tangan mari kita berhenti dari 'pekerjaan' mencari kambing hitam belajar untuk bertanggung jawab atas setiap hal yang kita kerjakan, dan mari kita didik generasi mendatang menjadi generasi yang tulus, penuh integritas, jujur, dan berani bertanggung jawab. Stop cari kambing hitam, sudah SOLD OUT!!

 

Mari Berubah jadi Cahaya Bagi Bangsa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun