Pandemi covid-19 yang melanda dunia membawa banyak perubahan terutama di sektor pendidikan. Pembelajaran yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka langsung di sekolah berubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Guru dan siswa mau tidak mau harus melek terhadap teknologi, karena dengan penggunaan teknologi pembelajaran dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.Â
Namun, pada kenyataan di lapangan tidak semua guru dan siswa melek terhadap teknologi, sehingga menghambat proses pembelajaran. Salah satu dampak nyata yang terjadi yaitu terjadinya learning loss. Dampak dari learning loss yaitu siswa mengalami ketertinggalan  akademis diakibatkan karena terhenti atau terganggunya proses pendidikan.
Pemerintah melakukan berbagai macam upaya untuk menanggulangi permasalahan dalam bidang pendidikan. Melalui Kemendikbud Ristek diadakanlah Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), salah satu programnya yaitu Kampus Mengajar.Â
Program kampus mengajar ini mengajak para mahasiswa untuk berkolaborasi, beraksi, dan berbakti untuk negeri di sekolah sasaran baik di jenjang SD maupun SMP terutama sekolah yang berada di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Melalui program kampus mengajar  mahasiswa berperan sebagai agen perubahan (agent of change) yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan khusunya di bidang literasi dan numerasi.
Fokus atau tujuan dari peserta program kampus mengajar  yaitu terlibat langsung dalam pembelajaran literasi, numerasi, serta adaptasi teknologi. Di sini mahasiswa dapat belajar dan mengembangkan diri melalui kegiatan tersebut. Mahasiswa juga membantu pelayanan pendidikan atau administrasi secara optimal dan memberikan kesempatan kepada semua peserta didik dalam kondisi terbatas selama pandemi.
Pelaksanaan Kampus Mengajar Angkatan 3 di SDN 2 Padarek berlangsung selama lima bulan. Tim kampus mengajar di SDN 2 Padarek beranggotakan empat orang, terdiri dari satu mahasiswa yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia dan tiga mahasiswa yang berasal dari Universitas Kuningan. Dimulainya penerjunan yaitu pada tanggal (2/10/2022) Namun, sebelum penerjunan saya beserta rekan-rekan melaksanakan pembekalan terlebih dahulu bersama pemateri-pemateri hebat dari berbagai bidang.
Awal penerjunan saya dan rekan-rekan terlebih dahulu melaksanakan observasi untuk mengetahui permasalahan atau kendala apa yang terjadi di sekolah sasaran. Kami menemukan permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya: (1) Kurangnya motivasi atau minat siswa dalam proses pembelajaran; (2) Kurangnya dukungan orang tua selama pembelajaran jarak jauh (PJJ); dan (3) Kurang terbentuknya budaya literasi.Â
Dalam adaptasi teknologi kami menemukan permasalahan diantaranya: (1) Siswa dan guru yang kurang melek terhadap teknologi; (2) Keterbatasan sinyal; (3) Siswa yang harus berbagi gawai bahkan ada yang tidak memiliki sama sekali. Dalam administrasi kami menemukan permasalahan diantaranya: (1) Belum tersedianya perpustakaan; (2) pojok literasi yang belum tertata rapi sehingga berpengaruh pada minat baca siswa.
Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi di sekolah sasaran, saya dan rekan-rekan segera menyusun dan melaksanakan program kegiatan. Kami terlebih dahulu berdiskusi dengan guru pamong dan dosen pembimbing lapangan (DPL) sebelum melaksanakan program kegiatan. Tak hanya itu, di akhir pelaksanaan program kegiatan kami kembali mengadakan diskusi untuk melaksanakan evaluasi.
Sebelum proses kegiatan belajar mengajar (KBM) saya beserta rekan-rekan kampus mengajar 3 di SDN 2 Padarek rutin mengadakan Literasi Lima Belas Menit. Kami menyebutnya dengan istilah Limit agar gampang diingat oleh para siswa. Siswa-siswa selalu mengikuti dengan antusias dan bersemangat. Kegiatan tersebut digalakkan untuk membangun budaya literasi sebelum proses pembelajaran di kelas.Â
Setelah pelaksanaan Limit, kami mendampingi atau menggantikan guru yang berhalangan hadir untuk mengajar siswa di kelas. Di sela-sela pembelajaran kami juga sering melaksanakan ice breaking untuk membangkitkan kembali fokus siswa dalam belajar. Terkadang saya dan rekan-rekan juga mendongeng bersama sebagai upaya meningkatkan budaya literasi.