Setelah acara selesai, kami pun kembali ke Homestay. Beruntung kami tidak menggunakan motor, karena jalanan padat dengan kendaraan dan orang-orang berjalan pulang. Dieng tidak lagu mampu menunjukan sejuknya, polusi dari kendaraan bermotor dan banyaknya manusia membuat sang es takut untuk muncul.
Pagi harinya pun kami bersiap kembali ke tempat acara, yang berlokasi di Arjuna Temple. Dengan semangat pagi hari kami pun menuju ke tempat tersebut, namun disayangkan lagi-lagi kami tidak mendapat tempat yang oke untuk menyaksikan Ruwatan Gimbal tersebut.Â
Dan yang paling membuat kami sebal dan ingin segera kembali ke homestay ialah sorakan dari para penonton  yang terkesan lebih seperti berada di konser daripada ruwatan. Kami pun memutuskan untuk keluar dari acara tersebut, mencari makanan dan oleh-oleh serta check out dari penginapan.
Kemacetan Dieng saat itu membuat kami hampir panik, karena tidak ada ojek yang mau disewa ataupun kendaraan yang dapat membawa kami ke terminal Dieng.Â
Akhirnya kami pun memutuskan untuk berjalan kaki membawa tentengan yang tidak kalah berat dengan tas ransel yang kami bawa dari rumah. 1,7 km tidak berarti apa-apa karena setelah berjalan sejauh itu, tetap saja tidak ada kendaraan umum yang dapat kami naiki menuju ke Terminal Wonosobo. Akhirnya setelah mencoba berkali-kali meminta tumpangan pada sopir truck dan sopir pick up, saya dan seorang teman, mendapatkan tumpangan dari seorang sopir pick up pengangkut tabung gas.Â
Sepanjang jalan, kami menikmati indahnya perbukitan dan cerita dari bapak sopir mengenai Dieng dan sekitarnya, bagaimana Dieng menjadi seperti sekarang ini. Tak terasa, kami sampai di pertigaan dimana bapak sopir harus menurunkan kami dan melanjutkan perjalanannya ke Kebumen.Â
Kami pun melanjutkan perjalanan kami menggunaka bus tiga perempat dan turun di Terminal Mendolo Wonosobo. Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Akhirnya mereka mendapatkan bus tiga perempat di Dieng dan sampai di terminal tepat waktu.
Jam menunjukkan pukul 4 sore, bus Pahala Kencana pun kembali membawa kami menuju ke realita hidup kami. Dengan mengucapakan kata perpisahan, kami pun kembali menggunakan berbagai moda transportasi untuk sampai di rumah kami masing-masing dan mendapat kabar yang tidak menyenangkan bahwa Blackout telah terjadi semalam hingga saat itu. Beruntungnya hal tersebut tidak mengurang kegembiraan kami, yeah lagi-lagi kami beruntung.
Semoga kami dapat kembali lagi ke Dieng, Negeri di atas awan, dilain kesempatan dan semoga ini menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan, begitu kata SO7.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H