Mohon tunggu...
Catarina Asthi Dwi Jayanti
Catarina Asthi Dwi Jayanti Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Psychologist | Community Enthusiast

Long Life Learner | Senang mengobrol, bernyanyi, memasak, dan jalan-jalan | Sedang berusaha untuk konsisten meninggalkan jejak melalui tulisan | Temukan saya di Instagram @catarinaa90

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sawarna (The Hidden Paradise)

29 Oktober 2014   21:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:16 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buka-buka grup cari-cari info lagi di forum banyak yang nawarin ke Sawarna, setelah googling tentang Sawarna jadi pengen kesana. Mau jalan sama temen-temen tapi susah nyamain jadwalnya jadi mending ikut yang udah terjadwal kannnn ya jadinya gabung trip orang.

Dengan mepo di Tugu Kujang Bogor yang gw rasa agak jauh yaa dari rumah tapi cukup bisa diakses. Lagi-lagi daripada nanya sama TS nya saya lebih memberdayakan googling untuk cara termudah ke Tugu Kujang. Dengan berkereta sampai Bogor kemudian naik angkot 03 yang ternyata salah arah naik malah jadi ke Laladon akhirnya setelah naik 03 lagi sampailah di Tugu Kujang (Inilah Malu Bertanya Sesat di Bogor)

Gak nunggu beberapa lama sembari kenalan dengan peserta yang lain, akhirnya Bus pun berangkat. Ditengah malam kita pun dibangunkan karena harus berpindah jadi menaiki Elf karena akses menuju Sawarna dirasa sulit apabila menggunakan Bus. Dinginnya malam semakin menjadi karena salah milih tempat duduk deket pintu Elf. Sesampai di Desa Sawarna gw bersorak dalam hati dan segera mengikuti instruksi si Teguh (TS trip ini) untuk segera menuju ke Homestay untuk beristirahat.

Bangun pagi pun segera menuju ke kamar mandi untuk mandi daripada keduluan dan akhirnya ngantri lama karena saingan mandi kali ini adalah wanita-wanita. Setelah semua selesai mandi dan makan kami pun segera menuju destinasi pertama kami dengan berjalan kaki yakni ke Goa Lalay (Kelelawar).

Berjalan menuju Goa Lalay (Gw, Tinna, Pika, Mba Atty, Rorra, Yuni, Kiki, Tisa)

Lelah melanda dan karena tidak mau mengulangi hal yang sama karena tidak bertanya gw bertanya kepada beberapa orang dimana letak Goa Lalay. Kita mendapat jawaban yang mencengangkan yakni masih agak jauh. DAMN, kata temen gw kalo lw nanya sama orang kampung tentang jarak dijawabnya deket ajah itu masih jauh apalagi kalo "masih agak jauh" . Kemudian iseng nanya sama anak kecil yang lagi main.

Gw : Misi dek, Goa Lalay dimana ya?

Dia : Lewat sana OMMMM

Gag liat apa nih anak (Kibas rambut busungkan dada)

Alhasil akibat kejadian tadi gw jadi di panggil om sama temen-temen yang lain HIKSS

Akhirnya sampai lah di Goa Lalay dan ternyata ketemu senior idola pas di kampus lagi kesana juga sama temen-temen kantornya. Setelah siap-siap masuk ke Goa Lalay, udah kebayang ajah kalo ada kelelawar disana udah pasti ada tai nya dimana-mana dan disana gak boleh pake sendal supaya gak ilang dan nyangkut pas lagi tracking di dalam Goa Lalay. Didalam Goa Lalay gw mulai menikmati kenyalnya lumpur bercampur air yang melewati sela-sela jari kaki gw. Beruntung pake celana pendek karena keluar dari Goa Lalay pakaian gw gak ada yang basah ahahhaha

Cheersssssssssss (di dalam Goa Lalay) Coba cari gw yang mana??

Setelah dari Goa Lalay kita bersiap untuk tracking melewati sawah dan perbukitan untuk ke Lagoon Pari.

Melewati Sawah

Melewati Bukit

Pantainya Mengintip dari Kejauhan (Icha, Tika, Pika, Tina, Yuni)

Kalau liat pantai yang indah itu cuma bisa teriak dalam hati (padahal mah males panas-panasan). Sambil duduk-duduk di bawah pohon gw dan Yuni memperhatikan kesibukan teman-teman lain yang heboh foto-foto. Sampai akhirnya gw mupeng dan ikutan gabung hahahha.

Edisi Anjing Laut

Edisi Patrick Star

Setelah selesai foto-foto dan ngemil Mie Goreng, tracking pun dilanjutkan melalui pesisir menuju Tanjung Layar.Track ini sempat menuai kontroversi antar peserta karena teriknya siang di pesisir ataupun lelahnya jika harus tracking melewati atas tebing. Kami pun setuju untuk melewati pesisir yang terik dan berbatu.

Track Menuju Tanjung Layar (Airnya Panas loh)
Narsis di Tebing (Astaga Perut Ane Berlipet) Entah kenapa pas tiba di Tanjung Layar gw jadi males poto-poto gegara ngeliat ada 2 orang poto di karang itu eh tiba-tiba terhempas ombak sampe jatuh. Gw lebih memilih santai-santai di Saung sambil minum es kelapa dan makan ikan bakar. Dan tentunya menikmati pemandangan dari saung sembari ngunyah ahahahhaha
Penampakan Tanjung Layar dan Track Berbatunya
Penampakan Es Kelapa ala SAWARNA
Penampakan Ikan Bakar ala SAWARNA
Pertunjukan Ombak Berdebur Setelah perut terisi dan masih juga njegat abang cilok, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Ciantir untuk ngelihat Sunset. Di Pantai Ciantir ini tak jauh berbeda dengan Tanjung Layar tadi karena banyak sekali saung-saung disana. Pantai Ciantir ini memanjang dan berpasir putih berbeda dengan Tanjung Layar yang dominan berbatu. Banyak cara menikmati Pantai Ciantir ini, dari yang sekedar tidur-tiduran di saung, numpang ngecharge di saung, numpang ngobrol di saung, main bola, main volly, surfing, foto-foto, ketawa-ketawa sampai galau sendirian sambil mandangin matahari tenggelam.
Saung di Pantai Ciantir
Main Gawang bukan Main Bola
Matahari dan Gawang
Kasian gak ada yang main VOLLY
Kang Bule lagi Berenang
Kang Bule lagi Surfing
Matahari dan Ombak
Om Asthi lagi GALAU

Hari mulai gelap dan sebelum sangat gelap, kami pun menyegerakan diri pulang karena sejauh mata memandang kami tidak menemukan rombongan kami. Berbekal tanya kamipun segera mengikuti petunjuk orang sekitar menuju Homestay kita.

Dari 1 Bis cuma sisa Berempat yang ketemu (Yuni, Tika, Icha)

Tolong Translate-in

Sesampainya di Homestay kami melihat beberapa dari kami sudah ada yang mandi dan siap malam mingguan. Kami pun segera mandi kemudian makan dan memulai deep conversation basa basi ala Backpacker ahahhaaha. Dan kemudian saling mencela takdir kejombloan di MALAM MINGGU yang kemudian jadi horror kedengarannya. Saking mirisnya beberapa teman menyuruh saya untuk ke ALFA**** depan supaya malam minggunya ada yang  ngucapin SELAMAT (kasian banget). Setelah puas berkali-kali buka pintu ALFA**** tapi gak ada yang ngucapin kami memutuskan untuk kembali ke Homestay dan akhirnya tidur karena keesokan paginya kami akan menuju destinasi berikutnya yakni ke Permandian Air Panas Cisolok.

Bangun pagi ku terus mandi terus makan terus packing terus menuju Permandian Air Panas Cisolok. Sesampainya disana terik matahari terus menghantui kami menuju letak sumber mata air panas alaminya. Sempet mikir ajah gak perlu ke sumber mata airnya juga kalo lw mandi di siang terik gini juga panas kali ckckck.

Sumber Mata Air Panas so Dekat
Kayak lagi acara apa gitu pada ngumpul Tau gak apa yang suka gw sebelin kalo ketempat yang ada sumber mata air panasnya. Yepp orang-orang pada ngerebus telor, entah apa yang ada di benak mereka, mau coba-coba bisa mateng apa enggak. mau pamer sama yang gak punya telor, ato dirumahnya kagak ada kompor kali yeee. Sumpah disana bau telor banget, yakali mandi disana bukannya badan jadi enak, yang ada badan jadi bau telor.

Selesai berpoto-poto tidak lupa gw nyari gorengan buat penunda lapar dan tak lupa jajan cilok yang udah pasti rasanya gak enak tapi tetep ajah gw beli. Sembari menunggu teman-teman lain berkumpul, kami santai-santai di saung, jajan-jajan biar bisa numpang boboan di saungnya ahahahhahaha. Kami pun akhirnya kembali melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Ratu untuk berpindah kembali ke Bus yang akan membawa kami kembali ke Tugu Kujang. Dan tak lupa pas di Pelabuhan Ratu ada mamang cilok yang menggoda ingin dibeli (di trip kali ini gw udah 3 kali jajan cilok ahhaha). Perjalanan panjang melewati daerah yang naik turun dengan pemandangan yang menggoda menjadi santapan kami kali itu sampai akhirnya terlelap dan akhirnya sampai di KFC dekat Tugu Kujang. Dan berhubung pool bis nya ngelewatin Stasiun Bogor, gw memilih untuk turun depan Stasiun.

Sesampainya di Stasiun Bogor perjalanan berkereta ini dilanjutkan dengan beberapa teman, yakni Ryana yang mau turun di Tebet, Pika yang mau turun di Cawang buat lanjut ke Priuk, dan yang terakhir Yuni yang menemani sampai akhir berkereta karena beliau turunnya si Stasiun Bekasi. Sepanjang perjalanan obrolan dan kekantukan menjadi teman cerita yang jujur, sampai akhirnya kembali ke tujuan pulang masing-masing. Dan rumah selalu jadi tempat yang paling dirindukan dikala bepergian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun