- 2005 -"Juli depan kita nikah ya?"Hah? Ini loh bulan Desember, berarti 6 bulan lagi... ajakan macam apa itu? Saya diam hingga pertanyaan yang sama terlontar untuk kedua kalinya. "Saya ga bisa masak, Mas!" Jawaban yang ga pas sih, tapi untuk ajakan yang brutal seperti itu, yang otomastis terlontar hanyalah jawaban itu. Jawaban yang pasti mudah disanggah oleh Mas, si marketing yang pintar ngomong itu.
Dan sepertinya... walaupun hanya lewat telpon, kekawatiran saya tergambar jelas. Karena setelahnya, Mas segera memberi gambaran pernikahan yang ia bayangkan; ia menginginkan pernikahan yang sederhana. Hanya pemberkatan nikah di gereja, lalu saat acara selesai, para undangan disuguhkan nasi jinggo untuk dibawa pulang. That's it! Mmm.. saya sama sekali belum membayangkan acara pernikahan, tapi kalau rencana pernikahannya seperti itu... that's exactly not my dream.
Saya berusaha mengulur waktunya dengan bilang belum siap ini, belum siap itu. Karena... ya bagaimana saya bisa tahu Mas ini benar-benar orang yang tepat untuk menjadi suami saya? This is too early! Baru 3 bulan jadian, langsung ngajak nikah.
"Kalau ga mau, saya akan ngilang (baca: menghilang). Tenny ga akan bisa temui saya lagi." Bah.. tak asik kali ni orang. Susahlah awak. Lagi jatuh cinta, diancam seperti itu, ya keoklah.
utang pernikahan. Masing-masing dari kami berkontribusi 50-50: Mas Rp 5.000.000,- dan saya Rp 5.000.000,-. Mas akan mentransfer Rp 1.000.000,- tiap bulannya, mulai dari bulan Januari hingga Mei 2006.Nah, karena kami long distance dan saya yang berada di Bali, sayalah yang bertugas untuk meng-arrange semua persiapan pernikahan tanpa melebihi budget. Hihi, saya mah suka banget kalau diminta meng-arrange sesuatu, karena jika sukses, saya merasa puas dan bangga. Apalagi kalau saya bisa membuat acara menjadi wow dengan budget yang minim, wahhh.... saya bertambah semangat dan bangga. Di sisi lain, saya sendiri percaya kalau keberhasilan dan kemeriahan sebuah acara bukan dilihat dari besar kecilnya budget, melainkan dari cara kita meng-arrange-nya. Kalau kita pintar meng-arrange sesuatu dengan matang, hasilnya pun pasti bagus. Pasti!
Akhirnya, saya setuju untuk menikah. Kesepakatannya adalah kami menikah di bulan Juli 2006, budget pernikahan sebesar Rp 10.000.000,- tanpa-2006-Nah ini nih tips merencanakan nikah tanpa utang pernikahan.
1. GOAL SETTING
Kita pastikan dulu acara pernikahan seperti apa yang kita inginkan. Bagian mana yang menjadi prioritas dan apa tujuan acara ini untuk kita dan pasangan. Karena acara pernikahan ini adalah acara bersama dengan pasangan, pastikan pula kita memiliki goal setting yang sama.
- Tema acara pernikahan
Untuk kami sendiri, tema yang usung adalah butterfly in blue. Gaun saya biru muda, ada butterfly dimana-mana, dan pakai ekor (wkwk ekor...). Kemeja Mas juga biru muda seperti langit. Bunga tangan saya... tulip putih bersemu biru muda. Saya pun membuat butterfly batch sesuai dengan jumlah keluarga inti. So cute, kan?
- Prioritas
Kami memprioritaskan acara pemberkatan nikah karena menurut kami, acara pemberkatan nikah itulah yang utama. Oleh karenanya, jam misa pemberkatan nikah.. kami buat sore hari, jadi keluarga dan teman bisa hadir tanpa meninggalkan pekerjaannya. Kami pun tidak memiliki kendala untuk mencari perangkat misa, seperti: pembaca kitab suci, misdinar, koor, dan PIC lain yang berkontribusi di misa.
- Tujuan acaraÂ
Kami ingin sekali semua keluarga dan teman dekat kami datang dan happy bareng kami. Jadi undangannya lumayan banyak.
- Konsumsi yang sederhanaÂ
Karena kami pengen banget semua keluarga dan teman deket kami datang di acara pernikahan kami, acara kami buat sederhana, asal semua bisa happy. Untuk konsumsi; kami buat sederhana. Dan walau variannya sedikit, rasa makanan enak dan jumlahnya pun banyak, jadi cukup untuk semua undangan.
- Jeli menentukan hari pemberkatan pernikahanÂ
Gereja yang akan kami gunakan adalah Gereja Katedral Denpasar, yang altarnya lebarrrr banget. Dengan altar yang selebar itu, pasti bunga yang digunakan pun akan buanyak dan high cost. Jadi saya mengecek schedule pemberkatan nikah di gereja untuk memastikan hari dimana kami bisa mendapatkan bunga yang melimpah. Saat itu, banyak pasangan menikah di hari Sabtu dan Minggu. That's really a good thing; bunga akan melimpah setelahnya. Karenanya, kami memutuskan untuk menikah di hari Senin. Dan gilakk! ini benar-benar memangkas pengeluaran karena tidak mengeluarkan biaya bunga sedikit pun. Kami menggunakan semua bunga yang masih bagus, lalu merangkai ulang sehingga menjadi menjadi dekorasi yang full dan cantik, tanpa cacat.
-Menyulap basement menjadi weeding venue
Siapa bilang, sebuah basement ga bisa menjadi cantik untuk pesta pernikahan? Hahaha, di tangan seorang ahli yang tepat, semua mah bisa, everything is possible. Dan yang pasti, tidak ada budget penyewaan tempat. Keadaan ini memangkas telak pengeluaran pernikahan kami.
-Skip souvenir
Yakin tanpa souvenir, acara pernikahan kita akan menjadi hambar? Ga-lah. Buktinya; pernikahan kami berlangsung meriah walaupun tanpa souvenir. Budget souvenir kami alokasikan untuk pengeluaran yang lebih penting, yaitu untuk pos MC, yang akan membuat acara menjadi meriah. Kami memilih MC yang benar-benar ahli di bidangnya. Dan benar saja, ia berhasil membuat para undangan menikmati keseluruhan acara.
-BersosialÂ
Hihi, pasti mau bilang, list yang satu ini tidak ada hubungannya dengan persiapan nikah tanpa utang pernikahan, iya kan...kan... kan...? Tapi pengalaman kami menyiratkan penilaian yang berbeda. Aktifnya kami di pelayanan, di kegiatan-kegiatan gereja, dan proaktif saat ada yang memerlukan bantuan, membuat kami mendapatkan bantuan yang bertubi-tubi, tanpa disangka. Bantuan yang kami terima buanyak banget, diantaranya; kepanitian yang solid, tart perkawinan, temen-temen yang mau mengisi acara pesta, pemain musik, koor, misdinar, dan perangkat misa lainnya, serta printilan-printilan kecil lain yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Semua ini benar-benar memangkas pengeluaran pernikahan kami.
Dan akhirnya... dengan kombinasi arrangement yang tepat, goal yang mantap, serta pemangkasan banyak pengeluaran, menjadikan sebuah pernikahan yang bebas dari utang pernikahan. Tak ada lagi pikiran mengangsur utang setelah kita menikah. Justru yang kami lakukan adalah mulai me-manage uang yang didapat untuk keperluan keluarga. Evaluasi dari kami adalah besarnya seluruh pengeluaran yang kami hitung di akhir acara, nominalnya benar-benar sama seperti rencana awal, yaitu Rp 10.000.000,- Gilak!! Amazing, right?Â
Baca juga:
- Cara Manjur Dekat Dengan Anak (1)
- Relevankah Storytelling untuk Anak-anak?
- Pendakian Tektok Gunung Buthak, Malang - Batu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H