WAKTU BERADAPTASI
Yakinlah, ia perlu waktu untuk beradaptasi. Suasana menjadi garing tanpa deringan telpon dan message dari orang-orang. Dunia begitu sepi, berasa tanpa teman, sendiri.... Ia lirik Tuhannya lagi, apa setelah ini Tuhan? Sendiri begitu tidak menyenangkan.
Tuhannya mungkin tersenyum. Ya, ia sadar, Tuhannya mungkin bilang ga ada yang instans, so nikmati saja. Ia nikmati schedule barunya, ia tambahkan jadwal membaca dan menulis di pagi hari setelah berolahraga. Ia sabar menanti apa yang akan dihadirkan oleh Tuhannya.
JENG JENG...
Ia lupa Tuhannya bertindak di luar nalar, di luar kemampuannya berfikir, bertindak tanpa langkah-langkah manusiawi dan tak terduga. Ya.. ia baru sadar saat terkena masalah dan diam merenung; Tuhannya sudah bertindak bahkan sebelum ia memikirkannya. Tuhannya menghadirkan satu teman bernama Grace, yang tidak selalu hadir bersamanya, tidak selalu ada di hari-harinya, namun selalu tanggap saat ia memerlukan sesuatu.Â
Orang yang kalau bercakap susah untuk berhenti, membuat telinga panas, tapi mostly... apa ia cerewetkan adalah hal yang logis, benar, dan positif. Mahluk apa ini? Apa Grace memerlukan sesuatu darinya? Wkwk... parahnya ga ada jawaban untuk itu karena secara manusiawi, finansial dan apa yang Grace miliki sangat lebih baik dari dirinya. Ia lirik Tuhannya, memastikan sosok Grace adalah hadiah dariNya.
Ia menjadi semangat. Ia gencar mencari hal-hal positif, melingkari pikiran, tindakan, dan tubuhnya dengan apapun yang positif. Dengan bantuan Grace, energinya menarik lebih banyak lagi energi positif lainnya. Grace mengenalkan Yola, sang leader riang yang antusias dan banyak teman-teman baru yang positif, yang tiap Senin hingga Jumat, pk. 22:00 -22:30 wita, bertemu dalam zoom, untuk circle time - berbagi hal baik, menulis jurnal syukur, mensharingkan semua yang ia dapat di hari itu, lalu saling membagikan afirmasi positifnya.Â
Dan daya tarik menarik pun terjadi. Hubungannya dengan suami dan anak pun menjadi lebih hangat. Ia gembira, tak terbeban, dan semangat menjalani hidupnya.
TERNYATA....
Ternyata... bukan dunia yang parah, ia-nya saja yang keliru mengambil langkah dan pilihan. Ia lirik sekali lagi Tuhannya, yang mungkin sedang tersenyum sambil memeluknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H