hunian yang saya idam-idamkan.
Wahhh saya suka banget kalau disuruh berandai-andai. Apalagi berandai-andai untukSaya ini tinggal di dataran rendah yang awalnya juga teduh dan nyaman, tapi semakin hari sawah-sawah dan area hijau di sekitar saya beralih fungsi menjadi villa-villa dan rumah-rumah.Â
Hunian semakin padat, lahan hijau pun berkurang drastis, hingga semakin hari semakin riuh, semakin panas, dan semakin ga nyaman. Karenanya saya ingin sekali memiliki hunian yang tidak terlalu besar, yang akan sebanding dengan pekarangan yang full dengan tanaman sayur dan taman bunga warna-warni yang akan memberikan oase untuk keseharian kami. Jadi kalau buka gerbang dan masuk area hunian kami, akan terasa seperti masuk ke dunia lain yang teduh, indah, dan nyaman.
Model Skandinavia yang simple adalah pilihan ciamik untuk kami yang berjumlah 3 orang; saya, suami, dan 1 anak. Dan karena menurut kami, sebuah hunian itu adalah kesatuan antara bangunan dan lahan hijau, jadi kami akan membagi lahan yang kami miliki menjadi dua buah bagian.Â
Dari 2 are lahan, kami akan membangun hunian di satu sisi, di sebelah timur, sehingga bisa menikmati sunset yang indah tiap sore, ulalaaaaa. Kami akan membuat bangunan dengan 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, dan teras.Â
Ukuran total bangunan adalah 7x10 meter persegi, dengan pintu dan jendela berbahan kaca sehingga meskipun sedang di dalam ruangan, kami tetap bisa menikmati taman dan pekarangan rumah yang sejuk, pencahayaan pun oke sehingga kami bisa menghemat penggunaan listrik.
Di bagian depan rumah, sisi kiri akan kami buatkan taman dengan beragam tanaman hias dengan 2 buah pohon Jepun sebagai teduhan yang indah.
Di sisi kanan, akan kami buatkan space untuk nongkrong, dengan pekarangan yang ditanami sayur mayur, 2 kandang ayam pengolah limbah organik, dan 2 kolam lele diameter 1 meter untuk ketahanan pangan dan penghasilan tambahan keluarga.
Kembali ke model bangunan. Bangunan kami tidak mengadopsi model Skandinavia secara utuh. Memang model bangunan yang kami pilih adalah yang simple dengan pintu dan daun jendela berbahan kaca, namun nuansa warna yang kami pilih adalah paduan nuansa abu-abu dan biru langit. Abu-abu tua dan muda, kami aplikasikan pada tembok depan rumah, sedangkan pada bagian dalam kami aplikasikan biru langit dan biru muda.Â
Warna ornamen kami mix; meja bertekstur kayu dengan besi putih, frame foto putih, dan dekorasi hitam bling-bling keemasan. Hihi, trus sofa di terasnya warna merah dong hhaha... pokoknya meriah.Â
Ruang tamu kami buat kecil, kami lebih suka menjamu tamu di teras. Dan bila tamunya banyak, kami tinggal geser pintu utama ke samping kiri dan kanan, sehingga ruang tamu dan teras menyatu dan bertambah luas.Â
Untuk tinggi bangunan, kami mengadopsi bangunan Bali dengan membuat lantai dasar bangunan 50 cm dari dasar tanah. Ini membuat bangunan tampak lebih megah dan benar-benar aman di musim hujan.
Hmm, apalagi ya?
Oya, luas bangunan 7x10 meter persegi itu, kami sisakan 2x 7 meter persegi sebagai ruang terbuka, dengan vertical garden di kedua sisinya, hihi... Jadi kalau mau bobok siang, kami tinggal pasang hammock dan tertidur dengan balutan suasana hijau yang teduh.
Ahhhh.... asiknya berandai-andai..Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H