Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Guru - Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 Saya Ibu dan guru, yang memiliki minat melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, yang cenderung senyap. Mengalami dan meresapi dengan berinteraksi dengan orang lokal, dengan penggiat alam atau pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanannya; ia puaskan dirinya dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap pengalaman yang singgah. Keajaiban yang ia percaya selalu ada dariNya, yang membuat ia bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih berguna, pun tumbuh dalam imannya yang ga seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Bermain Layangan untuk Mengisi Liburan Anak

22 Juni 2024   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2024   16:02 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nah ini nih wajah anak kalau layangan udah berhasil naik/dokpri 

Wah, liburan panjang sudah berjalan seminggu nih. Saya percaya banget kalau para orangtua sudah meng-arrange kegiatan untuk anak-anaknya. Ada yang menghabiskan waktu di luar kota untuk menikmati suasana yang berbeda, namun ada juga yang menghabiskan waktu liburannya di dalam kota.

But that's okay, banyak loh.. alternatif aktifitas untuk anak-anak (baca: untuk keluarga) walaupun kita ga keluar kota. Salah satunya adalah bermain layangan. 

Hihi, sebenarnya sedikit ga pantas sih kalau saya mengupas tema 'bermain layangan' karena untuk naikin layangannya aja.. saya ga berhasil, tapi who cares about it!

Situasi ketidakmengertian kita - para orangtua ini - malah melahirkan kesempatan pada anak-anak untuk menjadi tutor kita. Mereka pasti bangga untuk men-sharing-kan ilmunya.

Gak hanya itu, kegiatan ini juga bisa mengkolaborasi kita dengan para orang tua lain yang menyempatkan diri untuk bermain bersama.

Ya, sebagai orangtua, kita memang ga dituntut untuk menjadi sempurna, melainkan selalu perhatian dan selalu mencari ide-ide aktifitas baru yang membuat anak-anak gembira dan tanpa sadar mempelajari sesuatu darinya.

2o layangan: donasi dari Kel. Bapak Gusti (Dok. Pribadi)
2o layangan: donasi dari Kel. Bapak Gusti (Dok. Pribadi)

Rabu lalu, kami mengajak anak-anak lingkungan Buduk untuk bermain layang-layang.

Awalnya sih memang ragu untuk mengajak mereka, ya kembali lagi.. karena sebenarnya kami ga bisa main. Tapi daripada berpikir terlalu dalam tanpa action, let's do it! wkwk.

Kami undang mereka untuk bermain di hari Rabu, 19 Juni 2024 pukul 17.00 - 18.00 WITA.

Ide ini baru muncul satu hari sebelumnya, jam 04.10 dini hari, wkwk...

Belajar sabar dengan gulung tali/dokpri
Belajar sabar dengan gulung tali/dokpri

Yang pertama dilakukan adalah mencari tempat yang baik untuk bermain. Syaratnya pasti udah jelas: luas, aman (dalam satu area, jadi mudah untuk diawasi), dan dekat dengan rumah mereka.

Hahaha, ingat lebih banyak kepala pasti lebih bagus, jadilah saya yang awam ini bertanya tentang tempat bermain di WAG lingkungan. Masak sih gak ada yang kasi jawaban.

Dan benar saja, beberapa orangtua memberi ide tempat yang bagus. Pung, pung, tampung! Tinggal dilihat mana yang lebih baik.

Stella semangat bangetttt/dokpri
Stella semangat bangetttt/dokpri

Langkah berikutnya adalah membagikan ide ini ke teman yang kiranya mensupport.

Adalah namanya Mba Dwi Surya, yang selalu mensupport ide-ide yang meletup-letup di kepala ini. Nah kebetulan, Dedek, anak Mba Dwi suka banget main layangan.

Jadilah saya tanya ke dia berpuluh-puluh pertanyaan seputar apa yang perlu disiapkan, dimana belinya, dan teknis bermain yang pas buat anak-anak. 

Di siang hari, Mba Dwi Surya malah berhasil dapatkan donatur 20 layangan. Wahhh... semesta mendukung! Kita tinggal beli talinya

Nah setelah semua perlengkapan ready, berikutnya adalah persiapan gulung tali, pasang tali timbang (yang membuat layangan seimbang), pasang ekor, dan bantu anak-anak untuk menaikkan layangan. Kalau persiapan gulung benang sih oke aja.

Kami kumpul setengah jam sebelumnya. Saya, Mba Dwi, Dedek, dan Kris mulai buka benang nilon dan menggulungnya di botol bekas.

Tapi ternyata oh ternyata... gulung tali nilon ga semudah di pikiran ulalaaaa... talinya ruwet, ga dapet ujungnya, ampunnn! Harus pelan dan sabar.

Nah ini nih wajah anak kalau layangan udah berhasil naik/dokpri 
Nah ini nih wajah anak kalau layangan udah berhasil naik/dokpri 

Hmmm, saya tau cara menghadirkan bala bantuan. Saya foto Mba Dwi dan anak-anaknya yang lagi mengurai tali lalu mengirimkannya di WAG lingkungan: "Hollaaa, apa ada yang bisa bantu kami? Kami perlu bantuan nih dari yang expert main layangan."

Dan bener loh.. gak berapa lama, bala bantuan datang bersama anak-anak mereka: Pak Suwirya, Bapak dan Ibu Satria, Pak Lingga, Mba Dwi FX, Mba Anik, Mba Dian, Kak Sil, dan Mas Titus.

Ya akhirnya para bapak dan ibu lain membantu kami untuk menggulung tali, memasang tali timbang, memasang ekor layangan, dan membantu anak-anak untuk menaikkan layangan. Fiufff... amazing!

Setelah beberapa kali gagal, akhirnya layangan Dedek bisa naik jugaaa/dokpri
Setelah beberapa kali gagal, akhirnya layangan Dedek bisa naik jugaaa/dokpri

Nah tinggal bantu naikkin layangan dan nemenin anak-anak main nih. Ada 12 anak yang datang bermain layangan bersama: Stella, Rio, Nico, Kris, Dedek, Mikael, Satria, Geo, Kevin, Nasya, Jo, dan Reynard.

Menaikkan layangan juga perlu beberapa kali; gagal coba lagi, gagal coba lagi, begitu seterusnya. Wajah beberapa anak sudah merengut karena mulai putus asa.

Di situasi seperti ini, teman atau bapak yang sudah berhasil menaikkan layangan membantu anak-anak lain yang belum bisa. 

Yang endingnya ga semuanya bagus. Tetap ada yang sedih dengan wajah yang bermuram durja. Ada pula yang sedih tapi tetap aja happy dan bawa layangannya pulang, tapi hmm... ada juga yang ga mau pulang, hahaha.


Berikut muatan positif yang didapat anak-anak (bahkan orangtua) saat bermain layangan:

1. Sabar, ga mudah putus asa. Kalau mudah putus asa, semua tali ruwet bakal langsung digunting tuh! wkwk.

2. Saling melengkapi dan bekerjasama; ada yang menggulung tali, ada yang membuat ekor, ada yang memasang tali timbang, ada yang membantu anak naikkan layangan, dan ada yang menyemangati anak-anak untuk tetap happy walaupun layangan ga naik-naik. Sempyurrrnaaa.

3. Pastikan diri sendiri oke dulu baru menolong yang lain; anak-anak menolong temannya naikkin layangan saat layangannya sudah settle di atas langit.

4. Belajar menerima, tetap semangat, dan happy saat gagal.

5. Kalaupun suka, tetap komit pada waktu: udah pukul 18.00 yo waktunya mulihhhh.

See.. banyak sekali muatan positif dari bermain layangan ini. Tentu muatan ini akan lebih tajam.. setajam silet bila dilatih terus menerus, yang berarti kudu sering main layangannnn! hahaha. Jadi kapan main layangan lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun