Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Guru - Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 Saya Ibu dan guru, yang memiliki minat melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, yang cenderung senyap. Mengalami dan meresapi dengan berinteraksi dengan orang lokal, dengan penggiat alam atau pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanannya; ia puaskan dirinya dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap pengalaman yang singgah. Keajaiban yang ia percaya selalu ada dariNya, yang membuat ia bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih berguna, pun tumbuh dalam imannya yang ga seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Storytelling: Masih Relevankah untuk Anak-anak Sekarang?

8 Februari 2024   10:22 Diperbarui: 8 Februari 2024   10:37 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fidgety Fish: storytelling and drawing.

MEMBACA 52 BUKU SETAHUN?
Keinginan saya begitu kuat untuk membawakan storytelling. Saya merasa kegiatan ini akan bermanfaat untuk anak-anak. Bayangkan saja, jika dalam 1 minggu mereka membaca satu buah buku, maka mereka akan membaca 52 buah buku dalam setahun. Tak hanya itu, mereka pun akan berimajinasi sesuai cerita, serta membawa dan melakukan pesan moral dari masing-masing cerita ke dalam kehidupan mereka.

STORYTELLING VS. MEDIA DARING
Kata storytelling terdiri dari dua kata, story berarti cerita dan telling berarti memberitahu atau menceritakan. Jadi storytelling adalah kegiatan bercerita atau mendongeng. 

Biasanya para orangtua melakukannya pada saat menidurkan anak, entah itu pada siang hari maupun pada malam hari. Terkadang cerita justru dibuat bersambung untuk meningkatkan rasa penasaran anak dan keinginannya untuk mendengarkan cerita itu kembali. 

Tanpa sadar, kegiatan ini melatih fokus anak sekaligus menjadi sarana bonding bagi anak dan orangtua. Hubungan mereka akan menjadi lebih dekat dan terbuka satu sama lain. Namun seiring perkembangan zaman dan tehnologi, kegiatan ini pun mulai bergeser digantikan dengan media daring yang lebih pasif dan tanpa bonding. Fenomena inilah yang memunculkan keraguan saya, apakah nantinya akan ada yang menyukai kegiatan storytelling ini?

Antusias anak-anak menjawab pertanyaan.
Antusias anak-anak menjawab pertanyaan.
TERTARIKKAH ANAK?
Namun, keinginan ini begitu kuat karena benefit yang besar untuk anak-anak. Setelah mendapat persetujuan dari ketua lingkungan, akhirnya saya memulai kegiatan storytelling pertama di lingkungan saya, tanggal 3 Januari 2024. 

Teman-teman tau? Saya begitu shock gembira karena ada 12 anak yang datang pada waktu itu. Tidak hanya datang, mereka fokus dan semangat dari awal hingga akhir. Setelah storytelling, mereka pun mampu menjawab pertanyaan seputar cerita dan menyaring moral value dari cerita itu dan mengungkapkan dalam bahasa mereka. Benar-benar di luar dugaan, kan?

Suasana itu membuat semangat saya semakin menyala. Wow, anak-anak begitu antusias. Mereka pun bisa lepas dari gawai mereka dan fokus pada cerita yang saya bawakan. Luar biasa, kan? Ya, ternyata storytelling masih relevan untuk anak-anak sekarang. Kemarin adalah kegiatan anak kami yang keenam. Ada 12 anak yang selalu datang dalam kegiatan ini. 

Warm up: Freeze dance.
Warm up: Freeze dance.
THE LOW OF ATTRACTION
Kegiatan storytelling yang postif inipun menarik orang-orang positif lain beserta energinya. Bonus-bonus tak disangka mengalir begitu deras. Saya mendapat teman-teman yang mensupport sekaligus mengambil peran dalam kegiatan ini. Mereka memberikan banyak ide baru yang menarik, mereka pun bersemangat dalam tiap persiapan. 

It's really amazing, bukan saja untuk saya dan anak-anak, tetapi juga untuk teman-teman seperjuangan, hahaha. Kami bukan lagi person to person, tapi kami adalah tim yang saling bekerjasama. 

Kami berbagi tugas; mempersiapkan tempat dan perlengkapan yang diperlukan, memimpin kegiatan, menemani anak, mendomuntasikan kegiatan, dan mempersiapkan konsumsi. Kolaborasi kami dengan para orangtua pun terjalin apik; ya.. kalau tidak, ga mungkin juga anak akan hadir tiap Rabu sore pk. 17.00-18.00 wita, kan? Mereka pun juga bergantian menyumbang snack dan bahkan perlengkapan perang storytelling. And the importing thing is... we are happy.

Menggambar apapun yang kalian sayangi, entah itu orang atau barang.
Menggambar apapun yang kalian sayangi, entah itu orang atau barang.
BENTUK KEGIATAN
Setelah kegiatan ini berjalan, sedikit demi sedikit kami mendapat bentuk kegiatan yang lebih baik. Kami menentukan tema tiap bulan, lalu mulai berbagi tugas siapa yang akan membawakan di masing-masing minggu. 

Tema menjadi frame tiap kegiatan yang kami bawakan. Masing-masing storyteller membawakan dengan caranya masing-masing. Untuk memastikan anak-anak mengerti dan membawa pulang sesuatu (nilai moral), selain tanya jawab, anak-anak juga diajak melukis, menggambar, bermain kelompok, atau art and craft. Harapan kami, mereka akan mengingat cerita dan nilai moral yang mereka dapat saat melihat hasil karya mereka. Berikut adalah cerita-cerita yang kami bawakan:
1. The Fidgety Fish

2. A Little Red Hen

3. The Big Love
4. Nabi Yunus
5. The Giving Tree

Finger(s) painting. wkwk, semua jari dimasukkan ke cat.
Finger(s) painting. wkwk, semua jari dimasukkan ke cat.
Berikut adalah contoh rencana kegiatan kami:
THE GIVING TREE
1. Warm-up (10 menit)
- Freeze dance https://www.youtube.com/watch?v=A1vdKfXlB_g
- The floor is lava https://www.youtube.com/watch?v=wbNAiN8FTfc
2. Pray (5 menit)
3. Inti kegiatan (20 menit)
- Storytelling: The Giving Tree
- Questions-Answers
5. Art (15 menit)
- menggambar batang pohon
- finger painting (warnai batang pohon dengan jari)
- stamp daun-daunnya dengan jari
6. Closing (10 menit)
- Cek mereka mengerti atau ga.
- Tekankan moral value cerita
- Ajak mereka menyayangi tanaman
Pasti diantara Teman-teman ada yang suka jadi storyteller juga kan? Yuk, kita saling tarik menarik energi positifnya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun