Rasanya seperti tersedak! Cepat sekali tahun berganti. Resolusi tidak ada dalam bayangan, pun evaluasi tahun lalu belum terukir dalam halaman jurnal yang semakin tipis.Â
Apakah tahun lalu, saya sudah melakukan banyak hal bagi sekitar? Apakah saya sudah bermanfaat bagi orang lain? Mampukah saya melakukan sesuatu yang positif tanpa mengharap penghargaan dari sekitar? Evaluasi ini bukan menjurus pada penghakiman diri, melainkan untuk menginstropeksi sehingga mampu melakukan lebih banyak hal yang positif, yang sesuai dengan kebisaan dan kegemaran.
Saya menunggu apa yang mampu saya lakukan di ruang itu. Di sudut ruang tunggu rumah sakit, berkumpul satu keluarga besar dengan wajah cemas. Ada nada resah dalam gesturnya. Saya diam berusaha mencerna pembicaraan mereka dalam bahasa Bali, dan.. oh seperti dugaan.. mereka bukan pendonor, melainkan keluarga yang memerlukan darah. Berat bagi saya untuk memulai, tapi saya harus memulai melatih bibir atas untuk lebih expert dalam menawarkan bantuan: "Permisi..." Semua menengok ke arah saya, berusaha menegaskan "Apa kamu ga liat.... kami punya hal urgen yang tak apik kalau di-sela?" Tapi saya tetap bulatkan hati untuk meneruskan pertanyaan yang mudah  saya tulis tapi susah saya ucapkan... "Ibu, apa Ibu butuh darah?" Mereka menganga sepersekian detik. Saya pun menikmati detik-detik istimewa itu dengan senyum yang melimpah di hati; gimana akhirnya saya mampu memulai komunikasi dan menawarkan darah, dan bagaimana mereka menatap saya seperti menatap sosok malaikat di sore hari. "Ibu, saya juga 'o' (baca: darah saya juga 'o'), Ibu bisa pake darah saya. Klo Ibu mau, Ibu tinggal tulis nama pasien di form saya."
Saya tersenyum dari awal hingga akhir pengambilan darah. Rasa puas, bangga, berguna, dan rasa bahagia yang utuh, semua menjadi satu saat itu. Rasa hati yang sempurna. Sekilas saya melihat mereka pun bahagia, memang mereka masih membutuhkan beberapa kantong lagi, but miracles always happen when they believe, don't they? Saya puas, saya tinggalkan bilik itu diam-diam untuk jalan ke parkiran motor.Â
Gilak! Saya bisa membantu orang lain dari tubuh saya, bukankah itu mengagumkan? They don't need my money, they need my blood! Perjalanan pulang saat itu merupakan momen perenungan akan tubuh yang saya miliki. Bila tubuh ini saya jaga, maka tubuh inipun mampu bermaanfaat bagi orang lain. Dengan tidur tepat waktu, makan yang sehat, minum yang banyak, olahraga yang teratur, dan hidup ter-manage dengan baik sehingga ga stress, saya bisa melakukan donor darah dengan teratur.
Dan akhirnya, saya mampu memulai tahun ini dengan goal pertama saya: donor darah secara teratur; bermanfaat bagi orang lain.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H