Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Guru - Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 Saya Ibu dan guru, yang memiliki minat melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, yang cenderung senyap. Mengalami dan meresapi dengan berinteraksi dengan orang lokal, dengan penggiat alam atau pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanannya; ia puaskan dirinya dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap pengalaman yang singgah. Keajaiban yang ia percaya selalu ada dariNya, yang membuat ia bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih berguna, pun tumbuh dalam imannya yang ga seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gunung Sumbing, 3.371 Mdpl (1): Kehangatan Warga Dusun Butuh, Kaliangkrik

29 Desember 2023   15:46 Diperbarui: 29 Desember 2023   16:21 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan malam bareng Pak Supandi, sebelum terlelap ke arah Dusun Butuh./Dokumentasi pribadi

Pak Raka memanggil kami untuk mengecek barang bawaan, menghitung banyaknya plastik yang kami bawa. Kami berkumpul, dan me-list barang bawaan. Hihihi, ada yang lucu saat itu. 

Wajah Pak Raka keliatan bingung melihat bawaan kami. "Kok tas-nya enteng-enteng, Dik?" "Kalian bawa gas cuman 2, dikit amat?" "Kok logistiknya sedikit sekali?" "Kalian ga bawa mie instan? Haa, ga suka? Trus kalo laper, kalian makan apa?" "Kalian ga bawa beras? Ga bawa sayur? Gulanya cuman sedikit gini? (baca: 1 sendok makan). "Ha, kalian bawa tenda sendiri-sendiri?" "Kalian ga bawa madu?" "Ga, Pak Raka, kami ga suka mie instan. Kami ga makan madu". Hahaha, Bapak tambah bingung. 

"Trus, kalian makan apa di atas?" Kami jeberin lauk instan yang tinggal dihangatkan dan bungkusan nasi yang kami pesan dari Ibu untuk 2 hari, hahaha. Wajah Pak Raka masih sama seperti sebelumnya. Kerutan  di antara matanya tidak berangsur surut. Oh Pak Raka, makasih banget perhatiannya. 

Wah, warga bener-bener ramah. Suka banget bisa jalan ke Pos 1./Dokumentasi pribadi
Wah, warga bener-bener ramah. Suka banget bisa jalan ke Pos 1./Dokumentasi pribadi

Kehangatan tiap pribadi yang kami temui benar-benar kami rasakan. Semua ini berlanjut ketika kami mulai berjalan. Hari itu, tidak ada ojek untuk ke pos 1, jadi kami mulai jalan dari basecamp. 

But you know..... justru ini adalah kesempatan kami berinteraksi, tidak saja dengan alam yang begitu indah, melainkan pula dengan para warga lokal yang begitu ramah. 

Semua menyapa, tersenyum. O gosh, wisata pendakian ini begitu lengkap. Nilai lokal (keramahan dan perhatian) begitu kental di desa ini: Mas Lilik yang meng-arrange penjemputan dan pengantaran kami (Stasiun Lempuyangan - Dusun Butuh), Pak Supandi yang menjemput dan mengantar kami hingga ke basecamp, Pak Raka yang memberi briefing lengkap dan pengecekan barang-barang dan jumlah plastik yang kami bawa, Ibu Lilik yang memasak dengan hati, Pak Afandi yang mengantar kami ke Yogya, dan masyarakat lain yang kami temui sepanjang jalur Kaliangkrik. 

Masing-masing warga mengoptimalkan perannya yang beragam, hingga semuanya menjadi rangkuman yang indah untuk Pariwisata Berkelanjutan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun