Pagi ini, saya dan suami ngobrol sebelum berangkat kerja. Kami ngobrol tentang susahnya seseorang berkembang saat tidak mau mengosongkan gelasnya. Gelas tetap terisi penuh saat orang lain memberi saran dan mensharingkan pengalamannya. Selalu menyanggah, dan langsung menolak tanpa menilik lebih jauh apa inti yang bisa didapat dari sharing itu. Perasaan sombong, merasa lebih, merasa lebih unggul, atau tidak membutuhkan orang lain, menutup hati dan dan pikiran dengan tembok yang begitu tebal. Tidak ada sedikitpun yang masuk, semua saran dan sharing pengalaman dari orang lain, tumpah karena gelas sudah penuh membludak. Rendah hatilah.Bacaan kitab suci hari ini, juga mengingatkan kita akan pentingnya rendah hati. Injil hari ini, menuliskan bagaimana hendaknya kita bersikap (normally). (Lukas 17:7-10) "Setelah menjalankan seluruh tugasnya, ia pun menunggu tuannya selesai makan, dan berkata kami hanyalah hamba yang tidak berguna dan hanya melakukan tugas-tugas kami". Tidak meminta imbalan lebih karena yayang dilakukan adalah memang tugas sebagai hamba.
Dan tugas-tugas itu dijabarkan detil dalam bacaan pertama Titus 2:1-8.11-14.
Hendaklah kita hidup saleh. Beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat. Jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, cakaplah mengajarkan hal-hal yang baik.
Bagi para wanita, kasihilah suami dan anak-anakmu. Hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangga, baik hati dan taat kepada suami.Â
Bagi orang-orang muda, kuasailah diri dalam segala hal, dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.Â
Bagi para lanjut usia hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, kasih dan ketekunan.Â
Demikianlah pula bagi para wanita tua hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah.
Dan saat semua tugas sudah dilaksanakan, rendah hatilah. Karena semua itu memang tugasmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H