Alam serasa mampu berbenah dalam senyap selama pandemi. Â
Jalur hutan untuk mencapai puncak Gn. Lesung pun terasa lebih rimbun, lebih basah, lebih syahdu dan indah.Â
Vegetasi bertumpuk-tumpuk mencari mencari space hidup, pun batang dan rantingnya semakin tinggi mencari cahaya.Â
Lumut-lumut berkuasa, menjejal semua area yang bisa mereka singgahi. Pacet-pacet pun meliuk, sigap menanti mangsa berdarah segar.
Pk. 11.30 wita, kami memulai perjalanan dari salah satu rumah warga di Desa Gesing.Â
Jarang bertemu ternyata bukan syarat kedekatan. Mereka sudah seperti keluarga, ngopi dan  ngobrol jadi rutinitas wajib sebelum naik. Â
Ibu selalu menyiapkan kopi hitam, yang uap dan wanginya menarik semua tentakel syaraf untuk menghirup dan mengecap.Â
Di rumah keluarga ini, waktu serasa melambat, memberi waktu untuk mencerna itungan nafas.
Jujurly, Geiss..Puas banget naik Gn. Lesung ini.Â
Serasa waktu dua jam untuk naik adalah lebih dari cukup untuk menyesap tiap inchi hijau basahnya, menghirup udaranya yang benar-benar bersih, tak bercacat.Â
Karakter jalurnya landai dan bertanah padat, menegaskan ini adalah jalur yang bagus banget untuk perjalanan keluarga.Â