Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rey

20 Juni 2016   18:46 Diperbarui: 20 Juni 2016   18:52 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nek, Putri malu sekolah!"

"Malu kenapa?"

"Banyak yang bilang, Putri tidak punya Bapak yang jelas. Kata teman putri, Bapak putri banyak."

Sang Nenek terdiam. Tak ada kata untuk melanjutkan dialog. Hatinya terenyuh. "Apakah Putri harus menanggung malu dan menjadi hinaan teman-temannya."

"Putri berhenti sekolah saja, Nek!" berkata Putri membuat sang Nenek hatinya tergugah.

"Loh ... Jangan cucuku. Gak baik berhenti sekolah." ucap Nenek dengan wajah sedikit Nanar. "Emangnya siapa sih yang suka menghina kamu! Biar besok Nenek samperin dan diomelin guru yang berkata begitu." Sang Nenek terlihat marah. Terbesit hatinya untuk memberikan pelajaran  kepada teman-temannya Putri yang mengatakan "Punya Bapak banyak"

Putri terdiam, ia membelakangi sang Nenek lalu berkata kembali, "Putri malu, Nek. Malu sama oreng-orang dewasa bilang jika Putri dikasih makan uang haram. Uang hasil jual diri. Emangnya hasil jual diri itu apa sih, Nek?"

Sang Nenek tidak menjawab lalu  memeluk Putri. Tak dirasa air matanya mengalir. Sang Nenek mengerti apa yang dikata Putri memang benar adanya. Rey anaknya menjadi WTS sebenarnya hanya ingin mendapatkan jodoh kembali. Ingin mendapatkan lelaki yang lebih sayang kepada Rey. Namu  Rey kebablasan, sehingga keterusan mencari uang dengan cara menjual diri. Meskipun katanya memakai pengaman.

Nenek pun berdoa kepada Tuhan untuk diberikan jalan keluar kepada Rey. Jalan kebahagian untuk Putri yang sudah mengerti apa itu kehidupan Bundanya. Yang tak kalah pentingnya Sang Nenek selalu berdoa agar Rey menjadi wanita baik-baik kembali dan mendapatkan suami baik pula.

~~~

Suara klakson terdengar dari luar rumah. Tak lama Rey berteriak dari balik pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun