Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kucing Melly yang Cemumut Part 4 (Kekuatan Tikus)

9 April 2016   14:53 Diperbarui: 9 April 2016   15:41 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kucing Melly yang Cemumut Part 4 (Kerajaan Tikus)

Baca dulu cerita sebelumnya

Terdengar suara menggereng di kejauhan. Suara Pejantan sedang adu argumen. Nadanya sangat panjang dan berisik membuat Pak Badrun terbangun. Mitos mengatakan jika ada kucing berkelahi, maka keesokannya akan ada manusia yang berantem. Dan juga membuat kegaduhan ditengaj malam.

Pak Badrun beranjak dari tidurnya lalu menuju ke kamar mandi. Diambilnya air seember dan gayung lalu dibawa ke tempat di mana Para Kucing berkelahi.

"Hus ... woe!" bentak Pak Badrun bersiap menyiramkan kedua kucing itu. "Gangguin orang tidur aja loe!" Sehabis berujar begitu Pak Badrun segera menyemprotkan air itu ke arah dua pejantan yang sedang berkelahi.

Byyurrr...

Kedua kucing itu melompat sebat. Lalu kocar-kacir terkena siraman Pak Badrun yang bertampang bringas.

Kucing paling takut jika terkena air. Konon katanya, jika seeokor kucing dipandikan, akan turun hujan. Oleh karenannya kucing paling takut dengan air.

Kucing Melly paling takut jika mendengar para Kucing Jantan berkelahi. Ia terus merungkut dengan bulu punggungnya berdiri seperti kesetrum. 

"Aku paling benci mendengar keributan!" gumamnya.

Beru saja bergumam begitu, tiba-tiba terdengar suara preketekan di atas loteng. Kucing Melly terkejut lalu melototkan mata.

Tampak anak tikus sedang konvoi berjalan dari satu tempat ketempat yang lain. Mereka sangat unik jika berjalan beriringan. Anak tikus yang berjalan paling depan, ekornya digigit oleh anak tikus yang kedua, dan seterusya anak tikus yang kedua, ekornya digigit sama anak tikus yang ketiga, sampai ketiga yang terakhir, ia hanya menggigit.

Maksud jalan konvoi seperti itu adalah agar mereka tidak kehilangan tali ikatan keluarga. Juga untuk menghindari serangan buasnya seekor kucing. Karena anak tikus berprinsip "Bersatu kita teguh, berpisah kita lumat dimakan kucing." Itulah ajaran kedua orang tua mereka.

Bahkan mereka terdoktrin oleh kedua orangtuanya. "Untuk bertahan hidup kita harus menjadi pencuri makanan. Tapi jika tidak ada yang dicuri harus berani makan sabun mandi." 

Itulah doktrin kedua orangtua mereka kepada anak-anaknya. Bukan hanya doktrin yang ditanamkan di otak mereka, tapi juga bagaimana cara menjadi pencuri yang handal dan mumpuni serta sigap jika terjadi sesuatu seperti serang balik dan gigit cepat jika terinjak.

Di dalam lobang gorong-gorong rumah Noni. Sang ibu Tikus asik bergumul dengan ketiga anaknya yang sudah mangkat besar. Dalam gumulan itu sang Bunda berkata memberikan wejangan semacam dongeng kekuatan seekor Tikus.

"Dengar anak-anakku! Pada zaman dahulu kita mempunyai raja yang sangat ditakuti dan disegani oleh para bangsa manusia terutama para petani. Mereka dibuat kalang-kabut jika penen tiba di sawah yang mereka kelola. Sang raja memerintahkan prajurit-prajuritnya ketika musim panen tiba untuk merampok padi mereka. Semua prajurit tunduk dengan suka ria membabat habis seluruh padi yang mereka tanam sehingga tak tersisa sebijipun!"

Ketiga anaknya mendengarkan dengan tazim. Tapi ada satu anaknya yang hanya cengar-cengir menguarkan dua giginya.

"Tapi sayang anakku!" lanjut sang Bunda bercerita. "Ada salah satu prajurit yang rakus sehingga berbuat korupsi. Ngakunya dapat dua karung, ketika di selidiki oleh pengadilan anti korupsi, prajurit itu memakan padi hingga dua karung lebih. Sehingga prajurit itu di hukum pancung. Lalu kepalanya gelinding dan jatuh di jerami. Tak lama seekor kucing datang dan memakan kepala prajurit tikus ini. (Sampai sekarang Kucing paling suka dengan kepala tikus)

"Lalu???" kata salah satu anak Tikus bernama Nyising.

"Setelah itu." lanjut cerita sang Bunda. "Raja Tikus tewas mengenaskan di pematang sawah dengan isi perut terburai, seperti ditebas denga menggunakan parang. Nah, semenjak itu para prajurit kehilangan komando sehingga harus mencari makan sendiri-sendiri walaupun dengan cara mencuri dan korupsi." "Tapi Motto Tikus sang Pencuri sampai di abadikan oleh Manusia dengan istilah 'Tikus kantor, seperti lirik lagu Bung Iwan Fals'".

Sejenak sang Bunda terdiam. Lalu menitikan air mata.

Melihat sang Bunda menitikan air mata, anak Tikus yang pertama bertanya, "Kenapa Ibu menangis?!"

Sang Bunda menjawab, "Ibu teringat ayahmu, Nak!"

"Ayah kami di mana, Bu??" semua berkata serempak.

"Ayah kamu ... Ayah kamu ...hikz ... hikz ... hikz ..."

"Ayah kami kenapa Ibu?" seru Anak Tikus ke 3.

"Ayah kamu kelindes mobil, Nak ketika menyebrang jalan! hikz ... hikz ... hikz ..."

Sontak semua anak Tikus yang mendengarkan itu pada menangis...

"Ayah .... hikz ... hikz ... hikz ..."

"Sudah Nak, Ayahmu sudah tenang di alam sana!" ujar sang Bunda sambil menciumi moncong bibir anak-anaknya.

Tiba-tiba anak Tikus yang kedua sedikit menyeleneh, "Ibu, aku nangis bukan karena Ayah!" 

Sang Bunda berkerenyit, "Lalu apa, yang membuatmu nangis anakku?"

"Perutku lapar, Bu!" jawab anak Tikus ke 2.

"Dasar Rakus!" celetuk anak Tikus Ke 3 menghardik.

Lalu sang Bunda berkata dengan bijak. "Ya sudah, ibu carikan makanan dulu yah. Ibu mau intip dulu apakah laci tempat Noni nyimpan makanan masih ada makanan yang akan ibu curi."

Mendengar itu, Anak Tikus ke 2 tersenyum sumringah sambil angguk-anggukan kepala lalu bola matanya dimainkan memutar-mutar. "Hore ...."

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun