Pkl. 7 pagi, matahari mulai tak malu lagi unjuk diri. Mengobrol sebentar dengan si Ibu untuk mencari tahu pantai yang paling bagus di kunjungi dan beliau menyebut Bangko Bangko dan Mekaki. Sayapun langsung menuju arah yang di tunjuk. Sekian belas menit pertama, sangat saya nikmati. Singgah sana sini untuk mengabadikan pemandangan indah sepanjang jalan.
Aspal mulus dan kendaraan sangat jarang melintas membuat saya semakin menikmati perjalanan itu. Tapi seketika tidak bisa lagi menikmatinya ketika saya tiba di ujung jalan aspal mulus dan di hadapkan dengan jalan berbatu. Sepanjang mata saya memandang, sepanjang itu pula jalan berbatu yang saya lihat. Berhenti sejenak untuk bertanya apakah benar ini jalan menuju Bangko Bangko. Setelah di yakinkan benar, saya lanjut. Saya berpapasan dengan beberapa motor dan semuanya memakai motor manual. Hanya saya yang mengendarai matic. Tak heran, untuk medan berbatu memang sebaiknya memakai motor dengan roda yang lebih besar. Sungguh saya sangat kesulitan saat itu, tapi tetap maju. Tanggung, mungkin tak jauh lagi. Setiap kali saya ingat bahwa saya sudah masuk lumayan jauh, saya selalu menghibur diri bahwa pantai yang saya tuju tak jauh lagi. Tak jauh lagi. Sedikit lagi. Ah mungkin 100 meter lagi.
[caption id="attachment_341449" align="aligncenter" width="600" caption="Jika ke Bangko Bangko dan bertemu persimpangan ini, ambil ke kiri untuk pantai yang lebih indah, kata teman. Kalo ke kanan arah menuju desa nelayan yang saya datangi."]
Setelah badan lumayan pegal dengan guncangan dan tangan seperti kram menahan melepas rem, tibalah saya di persimpangan jalan dan bertemu seorang warga. Bertanya arah Bangko Bangko, beliau menunjuk arah dan bilang tak jauh lagi. Aaah... syukurlah gumam saya. Tapi mungkin ukuran jauh dekat saya dengan mereka berbeda :D. Mungkin sekitar 2 km lagi saya baru tiba di jalan tanah menuju pantai Bangko Bangko. Lumayan sih.
Dari kejauhan nampak ada aktivitas warga. Mmhh.. Desa Nelayan. Saya mulai merasa tidak enak. Karena pengalaman saya selama ini, pantai yang juga merupakan desa nelayan bukanlah tujuan yang menyenangkan buat saya. Sampah plastik berserakan dan kotoran ternak sudah pasti ada. Apa benar ini Bangko Bangko yang dimaksud? Sepertinya bukan. 2-3 kali jepret sayapun segera keluar dari situ. Saya tak lagi berusaha mencari tau dimana lagi pantai disitu yang biasanya di kunjungi wisatawan, karena memikirkan sulitnya menempuh medan dengan kendaraan saya. Tapi mungkin bagi orang lain, desa nelayan ini menarik. Ini sebuah teluk kecil, airnya sangat sangat jernih. Jejeran perahu nelayan menjadi frame pantai dan terlihat sangat cantik dengan latar belakang bukit.
[caption id="attachment_341454" align="aligncenter" width="600" caption="Perahu nelayan berjejer di pinggir pantai di desa nelayan Bangko Bangko"]
Akhirnya saya keluar dari jalan berbatu dan meluncur mulus menuju Mekaki. Teluk Mekaki tidaklah sulit untuk di capai. Dan inilah surga di Lombok Barat menurut saya. Memasuki areal ini ada pos penjaganya. Tidak ada biaya, mereka hanya mencatat orang yang masuk dan keluar untuk memudahkan pemantauan jika ada hal hal yang tidak di inginkan terjadi. Saya dengar dengar kalau kawasan ini juga sudah menjadi milik sebuah perusahaan dan akan di bangun sebuah resort besar. Ummmhh... Syukurlah karna saya berkesempatan mengunjunginya saat belum ada bangunan apa apa.
[caption id="attachment_341459" align="aligncenter" width="600" caption="Teluk Mekaki nampak dari kejauhan. Berhati hati saat berhenti di turunan ini, pastikan kendaraan terparkir dengan baik."]
Teluk Mekaki sungguh sangat indah. Pantainya luas, pasirnya putih dan airnya jernih. Kebetulan saat itu sedang surut jadi saya bisa berjalan masuk agak kedalam airnya. Saat itu pkl. 11 dan langit sangat biru di salah satu dan tentunya air lautnyapun tampak biru. Di satu ujung, airnya sangat tenang sementara di ujung lainnya ombak terlihat sangat besar. Saya terpesona dan seketika lupa dengan Bangko Bangko. Tak ada tempat berteduh kecuali pohon pohon berduri yang seperti pandan yang umum ada di pantai. Tak terlalu tinggi, tapi cukup berteduh jika sambil duduk di pasir. 2 jam berpanas panasan tak membuat saya mengeluh. Masih ingin disana, tapi teringat kalau saya harus check out dari penginapan kecuali mau membayar semalam lagi tanpa saya tiduri.