Mohon tunggu...
Erna Yuniasih
Erna Yuniasih Mohon Tunggu... -

13elive + AKTF = 1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Otak, Bakat, dan Anak

29 Desember 2010   06:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:15 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Otak merupakan bagian dari tubuh manusia yang tidak tergantikan. Tidak seperti jantung, hati, usus dan organ tubuh lainnya yang sejak lahir bekerja dan berfungsi dengan cara yang sama pada semua orang, otak pada setiap manusia memiliki cara berkembang yang berbeda-beda. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan. Agar otak dapat bekerja dengan sempurna maka otak memerlukan nutrisi. Nutrisi dapat diperoleh dari makanan-makanan yang kita makan setiap hari.

Pembelajaran secara fisik dapat mengubah otak. Ketika otak menerima stimulus dalam bentuk apa pun, proses komunikasi dari sel ke sel diaktifkan. Pebelajar umumnya datang bukan dengan "lembaran kosong", tetapi dengan bank pengalaman otak yang sangat disesuaikan. Pembelajaran tidak harus selalu serius dan menegangkan.

Setiap manusia memiliki potensi berbeda-beda yang dibawa semenjak lahir yang disebut dengan bakat. Bakat tidak akan berkembang jika anak tersebut tidak mempunyai keinginan untuk mengembangkannya. Keberbakatan sangatlah kompleks, bukan hanya ditentukan oleh Nilai IQ-nya saja, akan tetapi merupakan faktor multidimensidan dinamis (van Tiel).

Anak berbakat dibagi atas:

(I). Ringan (mild) IQ = 115-129;

(II).  Sedang (moderate) IQ = 130-144;

(III).  Tinggi (high) IQ = 145-159;

(IV).  Kekecualian (exceptional) IQ = 160-179;

(V).  Amat sangat (Profound) IQ = 180 +.

IQ normal berkisar antara 85-115, dengan normal absolute 100.  Makin besar jaraknya dari nilai normal, makin membutuhkan modifikasi sarana pendidikan. Pada umumnya anak berbakat memiliki prestasi belajar yang juga tinggi.  Tapi dapat pula ditemukan anak berbakat yang prestasinyanya tidak optimal bahkan sering kali bermasalah. Prestasi yang kurang ini sering dianggap karena faktor motivas dan psikologis. Anak sering dianggap malas dan tidak bersungguh - sungguh, dan sering kali orangtua disalahkan karena tidak menerapkan disiplin.

Pebelajar adalah peserta didik yang mengikuti proses belajar. Setiap peserta didik sebagai individu mempunyai sifat yang unik. Keyakinan diri seseorang akan mempengaruhi pembelajaran dengan sangat kuat. Sikap positif membangun kekuatan diri individu dan sangat membantu pembelajaran. Salah satu cara menyiapkan pebelajar adalah dengan mengelola motivasi belajar. Kita memiliki lebih dari tiga puluh pusat interkoneksi otak. Ukuran dan berat otak juga bervariasi di antara semua manusia. Genetika dan juga pengalaman hidup kita memahat otak kita menjadi organ-organ yang unik. Otak kita mengubah dirinya dalam beberapa cara. Yang pertama, dorongan dari dalam. Yang kedua, proses "pengharapan pengalaman". Yang ketiga, otak merespons pada proses "ketergantungan pengalaman" yang dipicu oleh stimuli lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun