Mohon tunggu...
Cassava Techno
Cassava Techno Mohon Tunggu... -

Laudate gloria in excelsis deo,\r\nhttp://jumplang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tips Seputar Pemakaian DVR (Digital Video Recorder)

17 Agustus 2010   00:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58 9672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan DVR

Seperti diketahui bersama, DVR menggunaan hard disk sebagai media penyimpanan video yang umumnya dioperasikan selama 24 jam non-stop. Recording sendiri pada intinya adalah proses menulis ke dalam hard disk, sehingga bisa dibayangkan betapa seringnya jarum hard disk bergerak dari satu sector ke sector lainnya. Proses ini berlangsung terus-menerus selama recording berjalan. Dampaknya adalah terjadi penumpukan panas yang berlebihan pada hard disk (overheat).

Di sisi lain, kebanyakan standalone DVR belum memiliki kehandalan yang setara dengan PC dalam hal management penyimpanan data. Pada PC penyimpanan data diatur secara rapi oleh Sistem Operasi yang dipakai (misalnya Windows, Linux dan lainnya) melalui apa yang dinamakan dengan File Allocation Table (FAT). Sedangkan pengaturan data pada standalone DVR ini tidaklah secermat PC. Dampak dari kelemahan ini adalah data rekaman menjadi rentan terhadap fragmentasi (datanya bercerai berai). Overheat dan Fragmentasi diduga kuat sebagai 2 penyebab utama dari masalah yang sering muncul selama pemakaian DVR. Adapun masalah yang sering dikeluhkan customer adalah:

- DVR suka me-restart sendiri. - DVR tidak bisa dioperasikan (tombol-tombol macet).

- Rekaman pada tanggal tertentu hilang / tidak bisa diputar ulang (playback).

- Gambar membeku saat playback.

- Gambar hilang (blank), baik saat Live maupun Playback.

Data dari Departemen Servis DVR menunjukkan, bahwa masalah hard disk menjadi faktor penentu kestabilan kerja DVR. Tidak sedikit masalah DVR yang diselesaikan “hanya” dengan melakukan format ulang pada hard disk, baik format dari menu DVR-nya sendiri ataupun format low level. Setelah hard disk diformat ulang, DVR menjadi normal seperti sediakala. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah: mengapa bisa demikian?

Dari sejarahnya hard disk memang hanya dirancang untuk PC, bukan untuk DVR yang terus-menerus merekam (menulis) data tanpa henti. Pada PC yang terjadi justru kebalikannya, yaitu hard disk lebih banyak dibaca daripada ditulis. Jika ada yang bertanya, bukankah proses menulis dan membaca itu sama saja membuat jarum hard disk bergerak menjelajahi piringannya?

Jawabannya memang benar, tetapi sejak dulu para insinyur PC telah membuat teknik khusus agar hard disk tidak dibaca langsung secara kontinyu. Teknik ini dikenal dengan istilah “caching”, dimana hasil pembacaan hard disk disimpan dulu di dalam memori (baca: RAM). Processor akan membaca data dari RAM, bukan dari hard disk lagi. Perhatikanlah dengan seksama lampu indikator hard disk pada PC kita. Apakah ia sering berkedip-kedip cepat atau sering mati? Semakin sering lampu ini mati, semakin baik. Artinya, proses caching sudah bekerja, sehingga hard disk bisa istirahat sejenak atau bahkan dalam waktu lama, tergantung dari besarnya RAM yang dipasang. Selama data yang diperlukan masih ada di dalam memori, processor akan mengambil data ini dari sana, bukan dari hard disk.

Kembali pada kasus DVR. Pernahkah hard disk pada DVR ini istirahat? Jika pernah, maka tentu saja pada saat DVR sedang stop (tidak merekam) atau powernya mati. Di luar itu, maka hard disk DVR akan bekerja keras selama 24 jam non-stop. Perhatikanlah lampu HDD pada DVR selalu berkedip-kedip. Hal ini menandakan, bahwa hard disk sedang ditulisi oleh data. Penulisan data secara berlebihan (excessive) seperti ini akan menimbulkan panas yang tinggi, sebab DVR merekam secara “direct to disk”. Inilah jawaban kami mengapa temperatur hard disk menjadi penentu stabil atau tidaknya kerja DVR.

Sebagai informasi tambahan, beberapa produsen hard disk ternama telah mengeluarkan hard disk yang dikhususkan untuk aplikasi DVR (Surveillance). Sebut saja SV35 Series™, Barracuda® ES dan EE25 Series™ dari Seagate atau WD AV, WD AV-GP dari Western Digital. Pada DVR faktor thermal (panas) yang ditimbulkan oleh hard disk menjadi isu yang penting saat ini. Hal ini semakin memperkuat keyakinan kami, bahwa kehandalan hard disk memegang peranan penting. Sayangnya hard disk khusus untuk DVR saat ini masih terbilang jarang dijumpai di pasaran lokal. Boleh jadi karena banyak orang yang belum mengetahuinya atau mungkin disebabkan aplikasi DVR masih sangat sedikit dibandingkan kebutuhan hard disk pada PC.

DVR-DVR yang beredar saat ini kebanyakan masih menggunakan hard disk biasa yang sebenarnya diperuntukkan untuk PC. Namun demikian, berikut ini ada beberapa Tips yang bisa membantu dalam mengoperasikan DVR dengan tenang dan bebas masalah.

1. Biasakanlah menghitung kapasitas hard disk dan kebutuhan waktu perekaman Langkah ini jarang dilakukan, padahal sangat penting. Perkiraan bisa dimulai dari kapasitas hard disk yang ditawarkan atau berdasarkan kebutuhan rekaman customer, misalnya 1 minggu atau 1 bulan. Gunakan utility Space Calculation dari CNB atau program lain yang sejenis. Contoh: DVR Standalone SDF-1212 4 Channel dengan kapasitas hard disk terpasang 250GB akan dioperasikan penuh pada mode Continuous (24 jam) dengan resolusi 360x288, quality High dan frame rate 25 fps. Maka berdasarkan data di atas, kita bisa memperkirakan kapan waktu rekaman habis, yaitu hanya 5.8 hari saja (kurang dari satu minggu).

2. Lupakanlah Hard Disk Kapasitas Besar Hard disk “kecil” antara 80 - 160 GB untuk kebanyakan aplikasi rumah dan pabrik skala kecil sudah cukup memadai. Sebagai ilustrasi, satu hard disk 160GB sudah cukup untuk merekam 16 channel selama 1 minggu pada kecepatan 5 fps seperti terlihat pada hasil perhitungan di bawah ini. Hard disk ukuran kecil pada umumnya lebih tahan lama (durable) dan mudah ditangani. Jika sulit diperoleh di pasaran, pilihlah hard disk yang berkapasitas di bawah 300GB.

3. Biasakan mencatat waktu awal rekaman ataupun saat memulai rekaman baru Inipun jarang dilakukan, padahal cukup mudah. Tinggal menulis tanggal dan jam di atas kertas, kemudian simpan di atas DVR sebagai pengingat.

4. Sebaiknya pilihan Overwrite dibuat OFF Tips ini terdengar aneh sekaligus merepotkan, tetapi tidak ada salahnya jika diterapkan. Argumentasinya, jika pilihan ini dibuat ON, DVR akan kesulitan dalam menentukan track awal pada saat memulai rekaman baru, karena track-track tadi sudah berisi data. Akibatnya terjadilah fragmentasi yang akan berujung pada timbulnya masalah.

5. Segera lakukan proses backup saat ada peristiwa penting Hal ini dimaksudkan agar momen penting yang tersimpan lama di hard disk dapat diselamatkan pada saat DVR macet.

6. Formatlah hard disk sebelum melakukan rekaman baru Jika sibuk, usahakan menunjuk orang lain yang bisa melakukan hal itu. Pastikan peristiwa yang penting sudah di-backup.

7. Khusus untuk DVR PC Base, manfaatkanlah fungsi Auto Reboot Hal ini akan membuat resource pada PC menjadi fresh kembali. Kesimpulan Pada intinya DVR tidak bisa dibiarkan bekerja tanpa pengawasan dan pengontrolan.

DVR apapun merk dan kualitasnya, perlu ditinjau secara berkala sesuai dengan lamanya waktu hard disk habis. Jika ditetapkan 1 minggu, maka “luangkanlah waktu” untuk melihat isi rekaman dalam minggu yang sama. Setiap kali ada momen penting, segeralah lakukan backup. Jika tidak ada, lakukanlah format ulang hard disk sebelum memulai rekaman yang baru. Untuk alasan itulah, maka sebaiknya pilihan Overwrite dibuat OFF. Semoga tips ini bermanfaat.

Selamat mencoba.

-------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun