Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Anjing Liar di Bawah Meja Makan Anda

18 Mei 2021   18:58 Diperbarui: 18 Mei 2021   19:47 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberadaan anjing di bawah meja makan di salah satu restoran ayam goreng khas Bali (Sumber: dokumen pribadi)

Anda pernah makan di salah satu restoran ayam goreng selain KFC atau McD saat di Bali? Perhatikan, apa yang menarik dan unik bagi anda? Saya yakin, anda pasti ingin suasana aman dan nyaman, saat menikmati menu ayam goreng, bukan?  

Namun, apa jadinya, jika tiba-tiba datang seekor anjing dan "ndoprok" (duduk santuy) di bawah meja makan anda. Sementara, anda sedang menikmati menu ayam goreng kesukaannya. Apa yang anda lakukan? Mengusirnya? Atau, meminta pegawai restoran untuk mengusir anjing tersebut. 

Apa yang anda lakukan sah-sah saja. Karena, itu adalah hak anda saat menikmati menu di di sebuah restoran. Karena, menunjukan kebersihan ebuah restoran. Namun, yuk pahami tulisan ini dengan seksama hingga habis. 

Perlu diketahui bahwa rerata restoran menu ayam goreng tersebut kondisinya terbuka. Tanpa ada penyekat dari tembok atau dinding kaca. Karena, kondisi restoran yang terbuka. Maka, kehadiran anjing karena pengaruh bau menu ayam goreng tidak bisa dipungkiri.

Kapan pun, anda harus menerima kehadiran anjing. Anjing tersebut bisa menunggu di luar restoran. Tetapi, jika anda memberi sinyal untuk tidak mengusirnya. Maka, anjing tersebut berani mendekati "persis" di bawah meja anda.

 Percaya atau tidak, setiap saya menikmati menu ayam goreng di restoran ayam goreng khas Bali. Kehadiran anjing tidak bisa saya tolak. Saya sudah mencoba restoran ayam goreng khas Bali, di beberapa tempat di pulau Bali. Dari Denpasar, Ubud, Gianyar hingga Seririt Singaraja Bali. Kehadiran anjing selalu ada.

Baru-baru ini, saya mampir istirahat di sebuah restoran ayam goreng di kawasan banjar Asem Seririt Singaraja Bali. Saat saya baru duduk, saya tidak melihat kehadiran anjing. Namun, ketika sedang asik-asiknya menikmati ayam goreng.

Seekor anjing mendekati meja tempat kami berdua menikmati ayam goreng. Anjing terebut berdiri santai, bahkan sempat "ndoprok" (duduk santuy) menunggu belas kasihan kami. Jujur, istri saya merasa hilang selera makan. Tetapi, saya katakan sama istri saya. Agar, menikmati makan saja.

Tidak perlu dihiraukan kedatangan anjing tersebut. Karena, kami tidak bisa menolak atau mengusir kedatangan anjing tersebut. Ketika, kami usir, malah akan datang anjing tersebut kembali bersama teman lainnya.

Apa yang kami lakukan? Saya terbiasa untuk berbagi rejeki buat anjing yang datang ke meja saya. Saya memberi sebagian daging ayam tersebut. Kami tahu bahwa anjing sangat suka dengan makanan daging. Percaya atau tidak, kami menikmati ayam goreng dengan ditemani pemandangan kedipan mata dan jilatan liur anjing.  

Anjing menunggu kami yang sedang menikmati menu ayam goreng (Sumber: dokumen pribadi)
Anjing menunggu kami yang sedang menikmati menu ayam goreng (Sumber: dokumen pribadi)
Saya katakan pada istri bahwa kehadiran anjing inilah yang menjadi sebuah Kearifan Lokal (Local Wisdom). Anjing tidak berani memasuki kawasan KFC atau McD, karena restoran tersebut rerata dibatasi dengan dinding kaca. Bukan itu saja, pegawai restoran atau para pengunjung biasanya tidak segan-segan untuk mengusirnya. Karena, takut merusak suasana makan.

Menarik, kehadiran anjing justru menjadi keuntungan buat restoran itu sendiri. Maksudnya? Perhatikan baik-baik kejadian yang saya lihat dan alami. Sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang turun dari mobil. Saya kira mereka barusan dari halal bihalal Hari Raya Lebaran.

Mungkin, karena lapar, maka mereka mampir di restoran tempat kami menikmati ayam goreng. Menu yang sangat terjangkau. Di mana, nasi, ayam goreng (dada atau paha) dan es teh, jika makan di tempat hanya Rp14.500 per porsi. Bonus, bisa nongki cantik dan gratis nge-charge smartphone.

Keluarga tersebut makan bersama dengan memakai 2 meja. Saya lihat, anjing yang tadi menunggu di bawah meja kami, berpindah ke bawah meja keluarga tersebut. Anjing paham banget, karena dia sudah mendapat rejeki dari kami.

Karena, belum kenyang maka anjing tersebut "ndoprok" kembali di bawah meja keluarga tersebut. Andai saja anjing tersebut bisa bicara layaknya manusia. Maka, anjing akan berkata, "bro, bagi dong ayam gorengnya. Dikit nggak papa kok".  

Namun, ketika anjing tersebut tidak merasa diperhatikan, maka dia sabar untuk menunggu rejeki selanjutnya. Saya pikir, ketika keluarga tersebut selesai dan pergi dengan mobilnya. Anjing tersebut juga pergi dari meja bekas pakai tersebut. Ternyata, tidak!

Anjing tersebut dengan sabar menunggu tindakan dari pegawai restoran. Apa yang terjadi? Anda pasti tahu bahwa sisa-sisa tulang ayam akan makin membusuk jika didiamkan. Tentu, akan membuat bau di sekitarnya. Maka, sang pegawai pun mengumpulkan sisa-sisa makanan yang berupa tulang ayam tersebut.

Selanjutnya, sisa-sisa makanan tersebut dia taruh di depan restoran. Otomatis, anjing akan berpindah ke tempat makanan tersebut. Saya melihat anjing sangat menikmati sajian sisa-sisa makanan yang ada. Sepertinya, setelah sisa-sisa makanan tersebut habis, mampu membuat perutnya kenyang. Dan, anjing tersebut pergi dari restoran ayam goreng khas Bali.

Jadi, keuntungan buat restoran dengan kehadiran anjing adalah meminimalisasi sampah sisa-sisa makanan yang bisa membuat bau menyengat. Bukan itu saja, kehadiran anjing juga mencegah datangnya tikus yang datang secara tiba-tiba.

Kita tahu bahwa populasi anjing di Bali memang luar biasa. Ke manapun kita melangkah di wilayah Bali. Maka, kita tidak bisa menghindar dari hadirnya anjing. Baik yang dipiara secara serius maupun yang liar. Dengan kata lain, anjing sudah menjadi bagian dari kondisi Bali. Atau, anjing sudah menjadi bagian dari kearifan lokal.

Maka, jika anda menikmati menu ayam goreng di restoran selain KFC atau McD, maka anda tidak perlu kaget atas kehadiran anjing milik warga. Anjing terebut hadir karena mereka butuh makan. Jika anda merasa tidak nyaman, maka yang anda lakukan bisa meminta ijin kepada pegawai restoran untuk mengusirnya.

Uniknya, jika diusir sama pegawainya kok anjing itu tidak berani masuk ke area makan. Dia hanya nongkrong di luar restoran. Sambil mengamati kita yang sedang menikmati menu ayam goreng.

Namun, jika anda mau berbagi rejeki maka berilah mereka sebagian menu anda. Anjing tidak akan ngembek kok, saat anda memberikan tulang-tulang ayam. Dia akan lahap menikmatinya.

Ibarat Jailangkung, anjing datang tidak diundang, tetapi pulang berharap bagian ayam. Yah, minimal tulang ayamnya sudah bisa membuat anjing tersebut bahagia. Karena, Bahagia itu jika bisa berbagi sesama makhluk ciptaan Allah SWT.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun