Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya. (HR. At Tirmidzi)
Ketika manusia diciptakan oleh Allah SWT dan terlahir di dunia. Sejak saat itu, sejatinya manusia sedang membuat goresan dalam kain putih. Ya, goresan tersebut ibarat dosa yang diperbuat oleh manusia. Dengan kata lain, manusia tidak lepas dari dosa selama hidupnya.
Dosa atau kesalahan tersebut bisa bersifat vertikal. Yaitu, kesalahan manusia yang dilakukan terhadap Allah SWT. Dan, dosa yang dilakukan secara horisontal. Yaitu, dosa yang dilakukan sesama manusia. Untuk menghapus dosa atau kesalahan terhadap manusia, maka hal yang perlu dilakukan oleh manusia adalah memaafkan dan dimaafkan orang lain.
Apalagi, saat Hari Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Lebaran, maka proses memaafkan dan dimaafkan orang lain menjadi harapan banyak orang. Selama setahun, mereka bergelut dengan berbagai aktifitas yang seringkali membuat marah orang lain. Atau, perbuatan yang dilakukan adalah mendholimi orang lain. Maka, di Hari Kemenangan yang fitri, memaafkan dan dimaafkan orang lain adalah sebuah keharusan. Â Â Â Â
 MEMAAFKAN ORANG LAIN
 Memang, sungguh menyakitkan ketika kita didholimi orang lain. Seringkali, perlakuan tidak manusiawi orang lain terhadap kita menjadi perasaan dendam. Namun, ada hal yang menarik. Yaitu, maukah kita memaafkan orang lain yang menyakiti kita?
Sebenarnya, memaafkan orang lain merupakan proses untuk menghentikan perasaan dendam, jengkel, atau marah karena merasa disakiti atau didholimi. Bahkan, memaafkan orang lain menjadi proses mengembangkan sikap dan perilaku positif terhadap orang lain. Khususnya, orang yang pernah menyakiti kita.
Kita tahu bahwa memaafkan orang lain tidaklah mudah. Membutuhkan kebesaran hati dan proses perjuangan. Namun, jika kita hendak meneladani karakter Rasulullah SAW. Maka, memaafkan orang lain adalah salah satu sifat Rasulullah SAW. Beliau selalu memaafkan orang yang membenci dan menyakiti perasaannya.
Anda pasti pernah mendengar sejarah, saat Rasulullah SAW berdakwah ke daerah Thoif. Bukan sambutan hangat yang beliau terima dari masyarakat setempat. Tetapi, lemparan batu bertubi-tubi ke tubuh Rasulullah SAW.
Bahkan, Malaikat Jibril pernah menawarkan bantuan kepada manusia paling mulia di bumi ini. Agar, Allah SWT langsung memberinya azab. Dan, Rasulullah SAW justru memaafkan perbuatan mereka. Sifat memaafkan Rasulullah SAW juga diriwayatkan oleh  Ibnu Hibban.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!