Ada pepatah ringan yang menyatakan bahwa jangan pernah lelah untuk menebarkan kebaikan, meskipun dengan tulisan. Karena, kita tidak tahu bahwa tulisan tersebut mampu merubah orang lain.
Hal yang paling saya rasakan adalah saat saya membuat reportase tentang Masjid Favorit. Saya harus menempuh ratusan kilometer untuk menghadirkan sebuah reportase masjid yang jarang orang tahu. Dan, saya berniat menginformasikan keberadaan masjid di kawasan timur Bali tersebut ke banyak orang.
Sebuah oase tempat bersujud yang berada di antara ribuan pura masyarakat Hindu. Saya merasa tergugah bahwa semua orang harus tahu masjid tersebut. Jika, melakukan perjalanan di Bali Timur. Tetapi, bingung untuk mencari  tempat ibadah.
Dan, reportase Masjid Al Ihsan Yehbau Tejakula Buleleng Bali, saya persembahan untuk pembaca. Meskipun, dalam kondisi badan yang teramat lelah. Karena, saya harus menempuh perjalanan kurang lebih 270 km dengan sepeda motor. Â Â
MARKETING BRANDING
Â
Saya merasakan bahwa mengikuti program Samber THR Kompasiana  terasa Nano-Nano. Rasa manis, asam dan asin bercampur menjadi satu. Laksana sebuah kehidupan, tidak harus merasakan rasa manis sepanjang hidupnya.
Di balik rasa duka untuk menghadirkan tulisan yang mampu menebarkan kebaikan. Saya merasa bahwa mengikuti program Samber THR Kompasiana  memberikan manfaat yang luar biasa yaitu Marketing Branding.
Tulisan-tulisan yang saya hadirkan, sejatinya sedang mem-branding diri kita. Ini adalah sarana strategi marketing yang jitu. Mengapa? Tulisan yang kita hadirkan memberikan value (nilai) kepada diri kita. Pembaca akan terbawa suasana apa yang termuat dalam artikel tersebut.
Pembaca akan dibawa ke dalam suasana humanis diri kita. Ya, sisi kemanusiaan, yang setiap orang memilikinya. Namun, sisi humanis yang sebenarnya akan menjadi nilai lebih diri kita. Pembaca akan memahami bagaimana diri kita merespon sebuah isu dan masalah dalam sebuah tulisan.
Secara tidak sengaja, tulisan yang kita hadirkan dalam Samber THR Kompasiana adalah proses memasarkan (marketing) diri kita. Kita memahami bahwa mem-branding sebuah produk membutuhkan waktu yang tidak sekejap. Perlu proses yang berkelanjutan.