Pernahkan anda membayangkan bahwa alat musik yang dipakai masyarakat Jawa dulu, bisa dimainkan secara jelas sekarang ini. Termasuk, bentuk alat musiknya sama dengan apa yang terukir di relief Candi Borobudur.
Tidak perlu khawatir, para pemusik handal tanah air mampu reinventing (menemukan kembali) dari replika relief musik Candi Borobudur tersebut. Dan, penampilan Sound of Borobudur menjadi ajang yang patut diacungi jempol.Â
Musisi terkenal seperti Dewa Budjana, Trie Utami, Bintang Indrianto, Purwacaraka telah memainkan alat musik. Seperti yang ada dalam relief musik Candi Borobudur. Penampilan musisi tersebut telah diadakan di Omah Mbudur, Jowahan, Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah tanggal 8 April 2021 lalu. Sungguh, alunan musik sebagai replika dari relief musik Candi Borobudur terdengar merdu sekali.
Juga, Sound of Borobudur telah mereplika alat musik dawai. Kondisinya sama dengan gambaran dawai di relief kisah Karmawibhangga Candi Borobudur. Ada sepuluh panel pada relief kisah Karmawibhangga. Yang memuat gambaran tentang berbagai instrumen musik (waditra), yaitu panel relief nomor 1, 39, 47, 48, 52, 53, 72, 101, 102, dan 117. Replika alat musik dawai ini telah berhasil dibentuk dan dibunyikan oleh para pembakti budaya.
Perlu diketahui bahwa pada bagian panel relief Karmawibhangga, menggambarkan  beberapa orang memainkan alat musik berdawai dan dipetik dengan jari. Ada 3 gambar alat musik berdawai dan 2 gambar alat musik tiup yang memiliki bentuk sangat khas. Di relief tersebut juga menggambarkan alat musik seperti seruling.
Uniknya, kedua jenis alat musik tersebut tidak mirip dengan alat musik asal India, Thailand dan sekitarnya. Tetapi, justru mirip dengan alat musik dawai dan tiup yang ada di kampung Dayak Kalimantan. Di mana, alat musik berdawai bernama Sapk dan alat musik tiup bernama Keledi.
Menurut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan bahwa kesuksesan dari reinventing dari peralatan musik yang ada di relief musik Candi Borobudur menunjukan peradaban yang luar biasa. Candi Borobudur menjadi pusat peradaban sebenarnya dalam segala segi (seni, lingkungan, tanaman, hubungan antar manusia dan nili-nilai kehidupan). Â
Kini, bukan hanya reinventing replika relief Candi Borobudur dalam bentuk alat musik. Tetapi, Balai Konservasi Borobudur ingin mengintepretasikan cerita-cerita dalam relief tersebut ke dalam bentuk tarian. Seperti apa yang ada dalam kisah relief Karmawibhangga, Lalitawistara, Jataka Awadana, Gandawyuha, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, pihak Balai Konservasi Borobudur menggandeng sanggar-sanggar tari dan masyarakat sekitar. Untuk membuat koreografi-koreografi yang diejawantahkan dalam bentuk tari. Semoga Sound of Borobudur menjadi inspirasi agar masyarakat Indonesia mempelajari relief candi lebih maksimal.